Surabaya (Antara Jatim) - Operator taksi di Surabaya PT Serasi Transportasi Nusantara (Orenz) meminta ketegasan pemerintah guna memastikan ketersediaan gas, seiring kesiapan mereka melakukan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG). "Kapanpun kami siap beralih ke BBG. Asalkan kami mendapat kejelasan infrastruktur, pasokan, dan harga," kata Manajer Operasional PT Serasi Transportasi Nusantara, Iwan Hermawan di Surabaya, Kamis. Hal tersebut, ungkap dia, disebabkan sampai sekarang harga gas tidak ada keseragaman mengingat ketentuan harga masih tergantung siapa distributornya. "Apabila kondisinya terus seperti itu, bagaimana kami melakukan kalkulasi biaya operasional. Padahal, aspek itu sangat diperlukan untuk menentukan tarif taksi," ujarnya. Bahkan, jelas dia, perseroan tersebut pernah melakukan kajian tentang peralihan dari BBM ke BBG. Di sisi lain, sudah beberapa kali manajemen taksi itu juga diminta berpartisipasi memberi masukan tentang program "Surabaya Green City' dan ikut terlibat pada proses survei. "Kami juga sudah pernah melakukan uji coba. Namun, hal itu kembali lagi pada ketersediaan infrastruktur dan kejelasan pasokan menyusul sejauh ini pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) masih sangat minim," ucapnya. Apalagi, tambah dia, situasi tersebut yang menyebabkan program serupa di Jakarta terhenti. Akibatnya, sejumlah bus trans Jakarta kembali menggunakan solar dan tidak lagi menggunakan gas. Sementara itu, General Manager Perusahaan Gas Negara SBU Wilayah Distribusi II, Wahyudi Anas menyatakan, PGN segera meresmikan satu unit SPBG mobile atau yang disebut sebagai Mobile Refueling Unit (MRU) di Surabaya. Keberadaan MRU akan melengkapi pembangunan dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sebagai fasilitas pengisian bahan bakar gas transportasi di wilayah Surabaya. "Berhasilnya program konversi BBM ke gas harus ditunjang oleh adanya infrastruktur pendukung dan kesiapan pasar serta pasokan," tuturnya. Hal ini, lanjut dia, terbukti pada beberapa tahun lalu pemerintah telah membagikan alat "converter kit" di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Akibat fasilitas pendukung, yaitu stasiun pengisian gas masih belum ada, akhirnya program tersebut tidak jalan. "Lalu, alat yang dibagikan tersebut banyak yang dijual," katanya. Di samping itu, yakin dia, satu unit MRU dan dua unit SPBG ini adalah solusi jangka pendek untuk membuka pasar. Upaya tersebut didukung besarnya potensi pasar harus didorong melalui penyediaan MRU agar mereka tidak kesulitan ketika akan melakukan pengisian BBG.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014