Blitar (Antara) - Jalan lahar di hulu Kali Putih selatan Gunung Kelud, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, tertimbun bebatuan material vulkanik hingga setinggi sekitar 20 meter yang menutup aliran sungai di tengah tebing curam sepanjang lebih dari satu kilometer. Wartawan Antara yang menelusuri hulu Kali Putih dari dam waduk lahar paling hulu di Desa Karangrejo, Kecamatan Garum, Kamis, melaporkan, warga berduyun-duyun menuju lokasi tersebut guna melihat "keajaiban" yang telah menyelamatkan ribuan jiwa dari bencana erupsi Gunung Kelud (1731 mpdl) itu. Warga dari Kecamatan Gandusari, Garum, Talun dan Wlingi, yang berada di selatan Gunung Kelud, dengan mengendarai sepeda motor menelusuri aliran Kali Putih yang berada di tengah tebing curam setinggi sekitar 50 meter. Tebing di sisi kiri dari daerah aliran sungai (DAS) hulu Kali Putih menuju Gunung Kelud merupakan bagian dari lereng Gunung Gajah Mungkur, sedangkan sisi kanannya lereng Gunung Gedang. Pada aliran sungai atau kali selebar sekitar 50 meter hingga 100 meter tersebut, banyak dilalui truk yang hilir-mudik mengangkut pasir dan batu, sehingga kondisinya padat dan memungkinkan dilewati sepeda motor. Satu mobil lapangan Unit Sabhara dengan beberapa polisi berseragam juga terlihat menelusuri aliran Kali Putih menuju hulu guna memantau keamanan seiring banyaknya warga yang berkunjung. "Alhamdulillah, kita, warga selatan Kelud, diselamatkan dari ancaman banjir lahar dingin, selain tidak terkena tebaran abu. Hanya sempat hujan kerikil saat terjadi letusan Kamis (13/2) malam," kata Priyono, ketua RT.02/RW.18 Desa Karangrejo yang tengah memantau hulu Kali Putih yang tertimbun bebatuan. Dia menjelaskan bahwa daerahnya termasuk berada dalam "garis merah", yakni wilayah batas berpenghuni menuju Gunung Kelud yang hanya berjarak beberapa kilometer. Menurut Priyono, baru kali ini letusan Gunung Kelud yang tergolong dahsyat tidak menimbulkan dampak berarti bagi warga di batas wilayah berpenghuni itu. Wilayah radius 5 kilometer dari Gunung Kelud dilarang untuk hunian dan hanya berupa perkebunan dengan aneka tanaman, seperti kopi, karet, teh dan pohon kayu. Sementara Suroso, warga Karangrejo yang mendadak menjadi tukang parkir di tengah aliran sungai tersebut, mengatakan belakangan jumlah pengunjung terus meningkat mencapai ratusan orang setiap hari. Pengunjung kemudian berjalan kaki menapaki bebatuan bercampur material belerang yang sebagian masih mengepulkan asap, menuju hulu Kali Putih. Warga umumnya hanya mampu berjalan kaki menapaki timbunan bebatuan setinggi 20 meter itu hingga sejauh satu kilometer. "Warga umumnya penasaran untuk melihat 'keajaiban' yang telah menghalangi aliran banjir lahar dingin itu. Inilah keajaiban yang telah menyelamatkan kita semua," ujar Suroso. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014