Surabaya (Antara Jatim) - Erupsi atau muntahan isi perut Gunung Kelud (1.730 mdpl) di kawasan Kediri-Blitar-Malang, Jawa Timur, memang cenderung menurun aktivitasnya, namun bukan berarti hal itu tidak berbahaya lagi. Bahkan, bahaya dari lahar dingin tak kalah dahsyatnya dari erupsi, apalagi jutaan meter kubik material vulkanik di lereng gunung yang mudah longsor tergerus air hujan itu berpotensi menjadi lahar dingin yang sangat mengerikan. Bukti dari tingkat bahaya dari lahar dingin itu sudah terlihat di Kediri. Banjir lahar dingin yang ada telah merusak tanggul, jalan terputus, dan areal pertanian rusak. Dampak terparah banjir lahar dingin ini dirasakan di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri. Selain itu, sekitar 50 hektare sawah yang ditanami tebu dan padi tergenang dan kandang ayam berisi 15 ribu ayam hanyut. Jalan yang menghubungkan Dusun Blimbing dengan Dusun Wangkalkerep juga terputus sepanjang 20 meter. Tidak hanya itu, akses jalan dari Kabupaten Kediri menuju Malang sempat ditutup akibat aliran lahar dingin yang melewati Sungai Konto, Kabupaten Kediri, setelah hujan yang mengguyur kawasan puncak Gunung Kelud itu dengan curah yang sangat tinggi. Lain halnya di Blitar. Sejumlah sungai yang berhulu di puncak Gunung Kelud tidak menunjukkan peningkatan debit air yang signifikan, termasuk di Kali Lekso dan Kali Semut di Kecamatan Wlingi, serta Kali Jari dan tanggul lahar di Kali Putih, Sumberejo, Kecamatan Talun. Di Malang justru lebih dahsyat dampaknya, karena sedikitnya 300 jiwa warga Desa Pandansari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, terjebak dan terisolasi, akibat jembatan desa tersebut terputus diterjang lahar dingin Gunung Kelud. Kepala Bagian (Kabid) Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bagyo Setyono mengatakan ada sekitar 300 warga di Dusun Selangon, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, yang sampai saat ini (19/2) masih terjebak oleh banjir. "Sebenarnya, kondisi mereka berada di titik aman dari erupsi Gunung Kelud, nNamun, terjangan banjir lahar dingin membuat warga tidak bisa keluar dari dusun itu. Kami dan anggota TNI dan relawan mencari jalur alternatif untuk memasok logistik ke dusun itu," katanya (19/2). Jalur menuju Dusun Selangon, Desa Pandansari, tersebut kembali diguyur hujan lebat yang disertai angin kencang, bahkan sebagian wilayah Kecamatan Kasembon dan Pujon pun juga diguyur hujan, sehingga cuaca sangat dingin. Guyuran hujan lebat dan angin kencang tersebut telah memutus jembatan, sehingga akses menuju Dusun Selangon terputus dan ratusan warganya terisolasi. Meski aman dari erupsi, sapuan lahar dingin membuat warga tidak bisa turun, sehingga kebutuhan logistik mereka harus dipasok dari Posko pengungsian. Fakta itu mendorong pasukan Divisi Kostrad di Singosari turun ke lokasi kejadian untuk menyelamatkan warga Pandansari tersebut. "Kami sudah mengerahkan satu truk pasukan Kostrad ke lokasi," kata Pangdiv Kostrad Mayjend Agus Kriswanto. Saat ini, timnya masih berupaya melihat medan, selanjutnya akan dilakukan analisa seperti apa teknis penyelamatan dan memasok logistik pada ratusan warga yang terjebak lahar dingin di dusun tersebut. Tak Kalah Bahaya Terjangan lahar dingin yang mulai memporakporandakan kawasan Kediri dan Malang itu dinilai seorang geolog ITS sebagai bukti bahwa lahar dingin dan erupsi (muntahan isi 'perut' gunung) itu sama-sama berbahaya. "Selama status Gunung Kelud belum turun dari Awas menjadi Siaga berarti potensi bahaya dari gunung itu masih ada. Lahar dingin yang datang sejak Selasa (18/2) itu tidak kalah berbahayanya daripada erupsi pada Kamis (13/2) hingga Jumat (14/2) lalu," kata geolog ITS Surabaya Dr Ir Amien Widodo MSi di Surabaya (19/2). Oleh karena itu, pakar geologi ITS Surabaya itu mengharapkan warga di sekitar Kelud harus tetap menghindar, kemudian warga yang tinggal di dekat aliran sungai yang berhulu ke Kelud juga harus menyingkir. "Hingga kini, PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) masih mengingatkan warga di kawasan Kelud dalam radius 10 kilometer tetap harus steril dan warga di aliran sungai yang berhulu ke Kelud juga harus menyingkir," katanya. Menurut Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS Surabaya itu, instruksi PVMBG itu harus dipatuhi hingga ada penurunan status Kelud dari Awas menjadi Siaga. "Selama mereka masih mencatat tingginya tingkat kegempaan, ya Kelud masih berbahaya," katanya. Berdasarkan pengamatannya, lahar dingin yang berasal dari campuran pasir, air, batu, dan lumpur itu tetap berbahaya, karena material yang sama itulah yang telah memporakporandakan Pacet (Mojokerto) dan Situbondo pada beberapa tahun lalu. "Saya yakin, saat Kelud meletus itu ada material yang jatuh di puncak dan bila diguyur hujan deras akan bisa turun dan kalau turunnya material itu mirip banjir bandang akan bsa merusak segalanya seperti kereta api menabrak benda apapun tanpa henti," katanya. Buktinya, lahar dingin Kelud dilaporkan sudah memutus jembatan, merusak tanaman siap panen, bangunan dan infrastruktur lainnya. "Ibarat banjir bandang, awalnya memang kecil tapi lama kelamaan akan membesar dan sangat erosif (merusak), apalagi kalau membawa batuan besar, sehingga lahar dingin itu bisa sangat mengerikan," katanya. Selain ditentukan perubahan status gunung dari Awas ke Siaga, ia menambahkan tingkat bahaya Kelud juga sangat ditentukan hujan yang melanda puncak Kelud. "Selama hujan belum berhenti, berarti lahar di atas masih mungkin turun dan membahayakan siapapun," katanya. Agaknya, kesamaan bahaya lahar dingin dengan erupsi itulah yang mendorong semua kalangan untuk mengimbau warga agar menyingkir dari kawasan yang sudah dipetakan untuk steril dan tepi-tepi sungai yang kemungkinan dilintasi lahar dingn itu. Oleh karena itu, Satuan Tugas Marinir TNI AL Posko Pujon yang dipimpin Letda Mar Sholeh mengerahkan satu peleton pasukan untuk mengevakuasi warga desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu. Pengerahan pasukan tersebut dalam rangka mengantisipasi jatuhnya korban jiwa, mengingat hujan deras mengguyur kawasan puncak gunung Kelud yang tidak menutup kemungkinan menimbulkan bahaya banjir lahar dingin, karena itu warga diimbau segera kembali ke tempat pengungsian. (*) (Foto Rosa Panggabean/ANTARA)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014