Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya mengikuti Gerakan "Open Access" internasional yang dideklarasikan di Berlin, Australia pada November 2013 dengan peserta 500-600 institusi pendidikan, lembaga penelitian, dan sebagainya di dunia. "Petra tercatat sebagai penanda tangan ke-457 gerakan itu dan kami merupakan universitas pertama di Indonesia yang mengikuti gerakan itu," kata Rektor UK Petra Prof Rolly Intan saat membuka seminar 'Open Access dan Perguruan Tinggi di Indonesia' di kampus setempat, Rabu. Dalam seminar yang menampilkan pembicara Direktur P2M Ditjen Dikti Kemdikbud Prof Drs Agus Subekti MSc PhD dan pustakawan serta praktisi jurnal dari UK Petra Surabaya itu, ia menjelaskan wakil UK Petra dalam gerakan itu adalah Aditya Nugraha MS (pustakawan UK Petra). "Gerakan itu penting, karena gerakan itulah yang akan mendorong peningkatan publikasi karya ilmiah dari Indonesia di tingkat internasional, apalagi pemeringkatan jurnal ilmiah yang dilakukan Scopus menempatkan Indonesia di bawah negara-negara ASEAN," katanya. Di kalangan negara-negara ASEAN, Indonesia menduduki peringkat keempat dalam pemeringkatan Scopus, sedangkan tiga negara ASEAN di atas Indonesia adalah Singapura, Thailand, dan Malaysia. "Itu pun jumlah publikasi ilmiahnya terpaut sangat jauh, karena ITB yang nomer satu di Indonesia hanya memiliki 3.000 publikasi internasional, sedangkan NUS (Singapura) mencapai 70.000 publikasi, Universitas Mahidol (Thailand) mencapai 18.000 publikasi, dan Universitas Malaya (Malaysia) mencapai 17.000 publikasi," katanya. Pemeringkatan Scopus mencatat 63 universitas di Indonesia di dalamnya dan UK Petra dalam posisi ke-20 dari 63 universitas Indonesia itu dalam versi Scopus. "Tapi, kami juga mengikuti Directory of Open Access Journals (DOAJ) yang tidak komersil dan UK Petra dalam pemeringkatan DOAJ menduduki posisi ke-2 secara internasional," katanya. Senada dengan itu, pustakawan UK Petra yang juga mantan Kepala Perpustakaan UK Petra Surabaya, Aditya Nugraha MS, menegaskan bahwa keterlibatan Petra dalam Gerakan "Open Access" Internasional itu akan membuat Petra semakin dikenal di kalangan ilmuwan dunia. "Tidak hanya itu, Petra juga akan mendapatkan informasi aktual tentang Open Access terlebih dulu, apalagi gerakan Open Access sekarang sudah marak di Asia, karena konferensi Open Access yang biasanya diadakan di Amerika akan segera diadakan di Bangkok pada Juni mendatang," katanya. Selain dikenal ilmuwan dunia, katanya, keterlibatan dalam gerakan itu juga akan membuat UK Petra Surabaya mendorong tumbuhnya etika dan moralitas dalam penciptaan karya ilmiah, karena ilmuwan yang tidak jujur akan mudah diketahui. "Kalau kita berani menampilkan karya secara open access berarti kredibilitas dosen Petra sangat tinggi dalam moralitas," katanya. Dalam seminar yang juga menampilkan Prof Dr Ir Djwantoro Hardjito M.Eng (Wakil Rektor Bidang Akademik UK Petra) dan Ir Resmana Lim M.Eng (pengelola penerbitan jurnal ilmiah online UK Petra), Direktur P2M Ditjen Dikti Kemdikbud Prof Drs Agus Subekti MSc PhD menyarankan para dosen untuk hati-hati dengan jurnal ilmiah di tingkat internasional, karena jurnal abal-abal juga banyak. "Untuk menghindari jurnal ilmiah internasional yang abal-abal itu, para dosen dapat melacak dari tarif yang mahal atau mengecek nama pengelola secara Google Scholars. Yang jelas, universitas itu jangan hanya menghasilkan lulus yang banyak, tapi juga harus menghasilkan penelitian yang banyak. Ending dari penelitian adalah publikasi," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014