Bojonegoro, 23/1 (Antara) - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro meminta PT KAI menunda penutupan puluhan perlintasan kereta api yang tidak dilengkapi dengan palang pintu agar tidak menghambat pemakai jalan, termasuk para petani yang mengangkut hasil panennya. "Kami sudah meminta PT KAI agar menunda dulu pelaksanaan penutupan perlintasan KA yang tidak dilengkapi palang pintu sekitar sebulan," kata Bupati Bojonegoro Suyoto di Bojonegoro, Kamis. Pihaknya akan melakukan pertemuan dengan jajaran PT KAI untuk mencari pemecahan terbaik rencana penutupan perlintasan KA dengan jalan raya yang tidak dilengkapi palang pintu. "Kami belum tahu bagaimana pemecahannya. Salah satunya kemungkinan pemkab harus membangun jalan di selatan rel KA yang menghubungkan wilayah selatan," katanya. Mengenai kemungkinan membangun jalan layang, katanya, dibutuhkan biaya yang cukup besar, apalagi lokasi daerah yang dilintasi rel KA cukup panjang. Apalagi, katanya, di sepanjang rel KA di daerah setempat, PT KAI juga membangun pagar tembok untuk pengaman KA yang lewat, sehingga memutus hubungan antara warga di wilayah selatan dengan utara. "Akses warga Bojonegoro untuk berhubungan akan lama, karena harus memutar. Suatu misal petani harus mengangkut hasil panennya harus memutar, sehingga ongkos angkutan menjadi lebih mahal," ujarnya. Data yang diperoleh, di Bojonegoro mulai Kecamatan Baureno, di wilayah timur hingga Kecamatan Padangan di wilayah barat terdapat 127 perlintasan rel KA, 12 perlintasan KA di antaranya dilengkapi dengan palang pintu. Sesuai rencana PT KAI, jalan raya yang memiliki lebar tiga meter akan langsung ditutup, sedangkan jalan raya di bawah dua meter ditutup dengan pagar tembok. Berdasarkan pantauan Antara, PT KAI sudah mulai membangun pagar tembok di sejumlah lokasi, di antaranya sepanjang tepi jalan rel KA yang sejajar dengan jalan raya di Kecamatan Sumberrejo, Balen, Baureno, dan beberapa kecamatan lainnya. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014