Kairo, (Antara/AFP) - Pemerintah Mesir yang didukung militer hari Rabu mengumumkan Ikhwanul Muslimin kubu Presiden terguling Mohamed Morsi sebagai sebuah kelompok teroris dan melarang semua kegiatannya, termasuk demonstrasi, kata sejumlah menteri setelah pertemuan kabinet. Deputi Perdana Menteri Hossam Eissa mengatakan bahwa gerakan itu dinyatakan sebagai kelompok teroris, dan Menteri Solidaritas Sosial Ahmed al-Borei menyatakan pemerintah melarang semua kegiatannya, termasuk protes. Keputusan itu akan mempercepat operasi penumpasan gerakan tersebut yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, sebagian besar militan, dalam bentrokan-bentrokan di jalan dan ribuan orang ditahan sejak penggulingan Morsi oleh militer pada Juli. Keputusan itu disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 15 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin. Para pendukung Morsi, yang terus melakukan demonstrasi hampir setiap hari untuk menuntut pemulihan kekuasaannya, berjanji melanjutkan protes-protes damai. Eissa mengatakan, pemerintah memutuskan akan "menghukum, sesuai dengan hukum, siapa pun yang menjadi anggota kelompok ini atau tetap menjadi anggotanya" setelah keputusan itu disahkan. Mesir akan memberi tahu negara-negara Arab yang menandatangani perjanjian anti-terorisme 1998 mengenai keputusan tersebut, tambahnya. Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli. Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu. Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel. Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza. Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli. Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013