Bojonegoro (Antara Jatim) - Sejumlah desa di Kecamatan Kapas, Bojonegoro, Jatim, panen raya salak dengan harga berkisar Rp30.000-Rp40.000/seratus biji dengan produksi yang meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan panen raya salak tahun lalu. Ketua Petani Salak Bojonegoro Achmadi, Sabtu, mengatakan, produksi salak di sejumlah desa, mulai Desa Wedi, Tanjungharjo, Bangilan, Padangmentoyo, Kecamatan Kapas, tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu karena iklim mendukung. "Kemarau tahun ini tidak terlalu kering, sehingga tanaman salak petani masih bisa memperoleh air dengan cukup, sehingga produksinya bagus," jelasnya. Ia menjelaskan panen raya di wilayah setempat berlangsung sejak Nopember lalu dengan perkiraan Januari 2014 sudah selesai. "Tapi produksi salak setelah itu ya masih tetap saja ada dengan jumlah terbatas. Harganyapun akan lebih tinggi. Panen raya salak biasanya berlangsung lagi Juni-Juni dengan jumlah produksi yang tidak sebanyak panen raya Nopember-Januari," jelasnya. Di desa penghasil salak tersebut, katanya, hampir semua warganya memiliki pohon salak di kebun atau di pekarangan rumahnya. "Kalau jumlahnya ya ada yang sedikit ada juga yang banyak. Seperti saya punya kebun salak seluas 1 hektare," ujarnya. Mengenai pemasaran salak, ia menyebutkan para petani salak hampir semuanya memasarkan salaknya di depan rumahnya, atau membentuk kelompok sendiri-sendiri di tempat tertentu dengan jumlah pedagang terbanyak di Pasar tradisional Desa Tanjungharjo. "Pembelinya pedagang dari luar atau pendatang yang sengaja datang membeli sambil rekreasi," kata seorang pedagang salak lainnya di Desa Wedi, Kecamatan Kapas, Rukayah (45). Meski demikian, mengaku sering keluar kota, seperti Jakarta, Surabaya atau kota lainnya untuk menjual salaknya dengan harga jauh lebih mahal. "Saya baru pulang menjual salak ke Jakarta dengan harga Rp300.000/seratus biji jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga salak di tempat ini," katanya, menegaskan. Achmadi juga pedagang salak salinnya Dasriah meyakinkan salak produksi di daerahnya jauh lebih enak dibandingkan dengan salak produksi daerah lainnya karena memiliki aneka rasa, mulai manis, "masir", segar dan kadang-kadang ada rasa kecutnya. "Rasa salaknya tidak monoton yang membuat pembeli suka," ucap Achmadi. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013