Surabaya (Antara Jatim) - Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan mengaku tak ada rivalitas antarpeserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat yang sedang berjalan saat ini.
"Tidak ada rivalitas antarpeserta, termasuk dengan Dahlan Iskan. Lawan memang iya, tapi bukan musuh," ujar Anies Baswedan saat menggelar diskusi kecil di rumah Dahlan Iskan di Jalan Bali, Surabaya, Senin.
Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar itu mencontohkan, seperti halnya pertandingan sepak bola, di lapangan memang sebagai lawan. Akan tetapi di luar lapangan, kembali menjadi kawan karena sama-sama pesepakbola.
Ia juga mengaku tak mempermasalahkan nantinya siapa yang memenangi dan terpilih dalam konvensi mendatang. Jika tidak menang maka ide-idenya akan dititipkan ke pemenang, termasuk Dahlan Iskan. Salah satu idenya yakni memajukan Indonesia melalui pendidikan.
Pria yang pernah menjadi ketua tim etik KPK dalam kasus bocornya sprindik Anas Urbaningrum tersebut mengaku sangat respek terhadap Dahlan Iskan. Tiap berbincang, kata dia, Dahlan selalu menghargai meski memiliki pengalaman jauh lebih tinggi.
"Saya sangat respek kepada Dahlan Iskan. Menurut saya, beliau salah satu sosok paling menarik dan kontribusinya ke bangsa ini sudah sangat banyak," kata alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Anies juga menilai bahwa konvensi yang digelar Partai Demokrat merupakan sesuatu yang baik dan sangat mendukung jika diadopsi oleh partai politik lainnya.
Sedangkan, ketika disinggung peluang memenangkan konvensi, Anies mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada rakyat. Sebab, konvensi adalah proses pendidikan politik, berbagi ide dan gagasan.
"Sekali lagi, ini bukan soal kalah dan menang. Kalau semua hanya cari untungnya maka akan membuat republik ini semakin runyam. Saya ikut berproses politik secara terhormat dan baik. Apapun perolehannya nanti itu adalah putusan sejarah," kata Anies.
Sementara itu, di sisi lain, pihaknya mengaku sadar betul bahwa siapa pun yang mengikuti konvensi Partai Demokrat pasti akan mendapat serangan dan menganggapnya sebagai suatu logika cukup aneh.
"Karena orang yang bermasalah masuk partai itu seakan sudah biasa. Tapi, kalau orang tak bermasalah masuk partai, malah dipermasalahkan. Padahal, justru orang-orang tak bermasalah inilah yang harus masuk partai," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013