"Seorang pemimpin harus mampu memberikan harapan bagi yang dipimpin. Bila itu terlalu berat, cukup satu saja: 'leading by example' (memimpin dengan contoh)," ucap CEO PT Kereta Api Indonesia Ignasius Jonan MA. Orang nomer satu perkeretaapian Indonesia itu mengemukakan kalimat inspiratif itu saat menyampaikan Kuliah Perdana Program Studi Doktor Ilmu Manajemen di Program Pascasarjana Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (23/10). "Orang sekolah itu pasti karena tidak bisa belajar sendiri, terutama mereka yang mengambil program doktor. Saya menyarankan Anda yang ada di sini untuk tidak berpikir sekolah hanyalah demi gelar! Kalau Anda belajar jadi doktor hanya demi gelar, maka lebih baik tidak usah sekolah!," tuturnya. Di hadapan para mahasiswa pascasarjana yang hadir dalam kuliah perdana itu, Ignasius Jonan pun membagikan kiat "Manajemen Stratejik" di PT KAI. "Lihat saja PT KAI, ada banyak doktor di sana, tapi tetap tidak bisa mengubah perkeretaapian," timpalnya. Ia pun menyebut kiat "mengubah" PT KAI. "Kiat khusus saya mengubah PT KAI hanyalah apa yang diucapkan dengan yang dilakukan harus sama. Misalnya seragam, jangan hanya karena jabatan sudah tinggi, lantas tidak mau pakai seragam. Saya hanya mencoba taat pada peraturan yang ada," paparnya. Pria yang lahir di Singapura pada 21 Juni 1963 itu pun menyatakan pemimpin itu tidak boleh malu dengan apapun yang dipimpin. "Kalau malu tidak akan bisa maju. Seorang pemimpin itu harus mampu memberikan harapan bagi yang dipimpin," kilahnya. Namun, bila semua itu masih terlalu berat, maka cukuplah dengan satu cara yakni "leading by example" (memimpin dengan contoh). Resep kepemimpinan lain pun dibeber Jonan. "Bila ingin mengubah suatu kondisi organisasi, jangan memimpin dengan niatan agar populer. Saya berani bilang begini, karena cara saya memimpin PT KAI sama sekali tidak populis. Di stasiun UI saja, saya bersihkan 6.000 kios pedagang kaki lima, coba hitung ada berapa banyak yang benci pada saya?," tanyanya. Tentang konsep "take and give" dalam "mengubah" PT. KAI dari merugi hingga menjadi seperti saat ini, Jonan meminta salah seorang karyawan PT. KAI yang hadir bersamanya untuk menjawab secara langsung. "Pak Jonan tidak pernah memberikan 'cek kosong' kepada kami. Begitu bergabung, yang dilakukan pertama kali adalah membersihkan pengeluaran-pengeluaran tidak jelas dan pemborosan. Siapapun yang bersalah dan apapun jabatannya, kena hukuman. Kalau ada yang melanggar pasti ditindak, karena kesejahteraan sudah ditingkatkan," urai 'Vice President' Train Crew Management PT KAI, Porwanto Handry Nugroho. Di akhir kuliah tentang "Manajemen Stratejik" bersama Akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Dr T. Hani Handoko itu, Jonan menyampaikan pendapatnya tentang manajemen sumber daya manusia. "Saya tidak percaya ada organisasi yang mampu mendidik dan mengader pemimpin hanya dari dalam, karena itu selalu dibutuhkan seseorang dari luar organisasi itu sendiri. Tidak boleh karena ikatan emosional, lalu tidak mau menggunakan orang dari luar, termasuk perusahaan keluarga. Mana yang lebih penting, keselamatan Institusi atau ikatan emosional?," tandasnya. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013