Oleh Yuni Arisandy
Jakarta (Antara) - Museum Nasional Indonesia bekerja sama dengan Teater Koma dan Produser "Mystery of Batavia" menggelar pentas bertema "Akhir Pekan di Museum Nasional" untuk menarik masyarakat berkunjung ke museum itu.
"Pentas ini diadakan atas permintaan Museum Nasional yang menginginkan lebih banyak pengunjung dari kalangan anak-anak muda dan keluarga. Melalui pentas ini, kami ingin pengunjung mendapatkan pengalaman menikmati museum dengan cara yang berbeda," kata produser pementasan itu, Yudhi Soerjoatmodjo, di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan program itu dirancang khusus untuk anak-anak, keluarga, dan komunitas yang beraktivitas pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) di Jakarta.
"Memang agak sulit untuk ke Museum Nasional pada hari biasa karena museum hanya buka sampai jam tiga siang, dan pengunjung sulit datang pada jam tertentu karena ada 'three in one'," ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya dan Museum Nasional membuat program tersebut bagi anak-anak muda dan keluarga yang ingin keluar pada akhir pekan sambil melakukan kegiatan yang menarik dan bermanfaat.
"Kami melihat pada akhir pekan, khususnya Minggu, banyak sekali orang berkumpul karena ada 'Car Free Day'. Kami ingin memanfaatkan hal itu untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke museum dengan membuat pentas akhir pekan ini," jelasnya.
Ia menjelaskan pentas "Akhir Pekan di Museum Nasional" itu diadakan setiap hari Minggu dengan menampilkan tiga hingga empat kali pertunjukan, mulai dari 8 September hingga 8 Desember 2013.
Yudhi menambahkan pentas itu dibuat untuk mengenalkan anak-anak muda kepada fakta-fakta dan kisah mengenai benda-benda bersejarah dengan cara yang lebih menarik.
"Jadi, pentas ini kami buat dengan memilih satu benda sejarah dari antara 140 ribu lebih artefak dalam koleksi museum. Sejarah dari benda itu kami lakonkan ulang sebagai pentas dongeng berdurasi 15 menit," katanya.
Beberapa kisah tentang benda bersejarah yang dipentaskan oleh Teater Koma di Museum Nasional itu, antara lain Keris Puputan Klungkung, Keramik Kapal Tek Sing, Emas Raja-raja Medang, atau Samurai Bersepeda yang mengisahkan kehebatan serdadu sepeda Jepang.
Menurut dia, pentas benda bersejarah itu merupakan cara efektif menarik minat kalangan muda untuk mencari tahu lebih banyak informasi mengenai benda-benda sejarah Indonesia.
"Kisah sejarah di balik benda-benda itu diceritakan secara interaktif. Anak-anak bisa tertawa. Bila mereka ingin tahu lebih banyak, mereka bisa 'menggali' informasi lebih lanjut. Jadi, pentas ini alat untuk memancing ketertarikan," kata Yudhi. (*) (Foto: wikipedia)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013