Pamekasan (Antara Jatim) - Upaya untuk mendorong peran aktif masyarakat dalam bidang pembangunan terus dilakukan pemerintah kabupaten (pemkab), terutama untuk melakukan pemerataan pembangunan di wilayah itu.
Hal ini, karena pembangunan selama ini masih terkesan terpusat di daerah tertentu saja, belum bisa merata ke semua daerah khusus di perdesaan. Bahkan tidak sedikit di Kabupaten Pamekasan masih banyak desa-desa yang terisolasi, tak terjangkau akses transportasi.
"Atas dasar itulah, maka pemerintah kabupaten Pamekasan berupaya mendorong mereka untuk ikut proaktif di bidang pembangunan, karena tanpa adanya peran aktif semua pihak, pembangunan tidak akan bisa berjalan secara optimal," kata Bupati Pamekasan Achmad Syafii.
Salah satu program yang kini dicanangkan pemkab Pamekasan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat di bidang pembangunan adalah program Bupati Mengajak Masyarakat Membangun Desa atau yang disingkat "Bunga Bangsa".
Menurut Achmad Syafii, program "Bunga Bangsa" ini merupakan program unggulan yang dicanangkan pemkab dengan tujuan untuk pemerataan pembangunan, serta meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kegiatan itu selanjutnya akan digelar secara berkelanjutan, yakni setiap tiga bulan sekali.
"Tujuan lainnya untuk mengetahui kondisi masyarakat yang sebenarnya secara langsung," tuturnya.
Target dari program "Bunga Bangsa" itu meliputi, mempercepat penanggulangan kemiskinan, meningkatkan indek prestasi manusia (IPM), mendorong masyarakat guyub, rukun, peduli sesama, gotong royong, damai dan sejahtera serta berakhlak mulia.
Agenda kegiatan dari program "Bungan Bangsa" ini meliputi pembangunan infrastruktur, pelayanan kesehatan gratis, pelayanan kesehatan hewan (inseminasi gratis), pemberian bantuan sosial, pembangunan poskesdes, penyuluhan kesehatan, rehabilitasi MCK, pelayanan administrasi kependudukan gratis, bedah rumah dan sambung hati serta sambung rasa dengan masyarakat.
Pencanangan dan sekaligus pelaksanaan dari program "Bunga Bangsa" ini digelar di Desa Bujur Barat, Kecamatan Batumarmar, Pamekasan pada 13 hingga 14 September 2013 dengan melibatkan semua pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) di lingkungan Pemkab Pamekasan.
Di desa ini, bupati bersama pimpinan SKPD dan Forpimda juga menginap di rumah-rumah warga, menggelar dialog dan serap aspirasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penataan pemerintahan dan pembangunan.
"Kegiatan menginap di rumah warga ini, sengaja kami lakukan dengan tujuan agar kami bisa mengetahui dan merasakan secara langsung apa yang menjadi keinginan masyarakat, dan dengan begitu, kami juga bisa merasakan dekat, ikut merasakan apa yang dirasakan masyarakat," kata Syafii.
Menurut dia, pejabat pemerintah, sebenarnya merupakan abdi masyarakat, bekerja untuk masyarakat, sehingga menjadi keharusan bagi para pejabat untuk mendengar keluhan dan aspirasi yang disampaikan masyarakat.
Pelayan publik yang merakyat, dan mau memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat ke depan sangat didambakan semua kalangan dan hal ini seiring dengan semangat reformasi yang memang menjadi keinginan semua pihak, termasuk kelompok elit intelektual kampus, yakni mahasiswa.
Selain mencanangkan berbagai program yang berkaitan dengan pelayanan publik, peningkatan kulaitas pertanian dan kesehatan, pada kegiatan itu pemkab juga menyerahkan paket bantuan sosial.
Masing-masing bantuan dana pembangunan masjid Al-Ashar Rp10 juta, bantuan dana pembangunan mushalla Al-Karomah Rp5 juta, bantuan dana pembangunan mushalla Siti Aminah Rp5 juta, bantuan operasional pendidikan anak usia dini (PAUD) Al-Amiruddin Rp6 juta, bantuan peningkatan sarana dan prasarana SMP satu atap 1 paket, serta bantuan dana pembinaan olahraga sepak bola sebesar Rp5 juta.
Jenis bantuan lain yang juga diserahkan langsung oleh Bupati Pamekasan Achmad Syafii pada acara pencanangan "Bunga Bangsa" itu adalah bedah rumah milik warga bernama Qiman, Murasmat, Sapiye, Bukasan dan Armo.
"Ada sebanyak 11 paket bantuan sosial yang kami berikan langsung bersamaan dengan pencangan program 'Bunga Bangsa' di Desa Bujur Barat, Kecamatan Batumarmar ini," kata Kepala Badan Perencananaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemkab Pamekasan Zainal Arifin.
Terisolasi
Desa Bujur Barat, Kecamatan Batumarmar yang dijadikan desa sasaran program "Bunga Bangsa" Pemkab Pamekasan ini tergolong desa yang terisolasi.
Desa ini merupakan desa yang rawan kekeringan, karena sumber mata air di desa itu sangat sulit. Kendatipun ada warga yang memiliki sumur, akan tetapi sumber debet sumber airnya sangat kecil, sehingga hanya cukup untuk kebutuhan minum dan memasak.
Di saat kemarau seperti sekarang ini, sumber air sumur milik warga di Desa Bujur Barat, Kecamatan Batumarmar, Pamekasan itu mengering. Sehingga, sebagian warga terpaksa mengkonsumsi air keruh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, seperti memasak dan minum. Demikian juga untuk kebutuhan mandi.
"Jika kemarau seperti sekarang, kami mengurangi mandi. Biasanya tiga kali sehari, saat kemarau hanya sekali," kata warga Dusun Kabaan Daja, di desa itu, Kiman.
Selain air, akses transportasi di desa ini juga menjadi persoalan serius bahkan sebagian besar jalan desa yang menjadi akses ekonomi warga belum diaspal. Tingkat pendidikan warga juga sangat rendah, kendatipun sebagian sudah ada yang menempuh pendidikan tinggi.
Data di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispenduk Capil) Pemkab Pamekasan menyebutkan, hingga kini mayoritas warga Desa Bujur Barat, Kecamatan Batumarmar belum terdalam KTP elektronik.
"Makanya pada program "Bunga Bangsa" ini kami juga mencanangkan perekaman KTP elektronik dengan membuka posko di desa itu," kata Kepala Dispenduk Capil Pemkab Pamekasan, Alwi.
Penduduk di Desa Bujur Barat, Kecamatan Batumarmar ini mayoritas adalah petani dengan produksi pertanian padi dan jagung saat musim penghujan, sedangkan saat kemarau adalah tembakau.
Hanya saja, pada kemarun kali ini, warga sangat sedikit yang menanam tembakau, karena saat musim tanam tiga bulan lalu diguyur hujan deras.
Menurut Kepala Desa Bujur Barat Rojai, jumlah penduduk di desa itu sebanyak 9.219 orang terdiri dari 10 dusun.
"Yang menjadi kendala masyarakat kami disini adalah ketersediaan air, karena di desa ini memang merupakan daerah yang rawan kekeringan," katanya.
Karena itulah, kata Rojai, sebagian warga desanya banyak yang memilih bekerja di luar negeri menjadi TKI dengan tujuan Malaysia dan Arab Saudi.
"Ada sekitar 20 persen dari total jumlah penduduk 9.219 orang itu yang bekerja menjadi TKI di luar negeri," katanya menjelaskan.
Alasan warga Desa Bujur Barat ini menjadi TKI, karena kondisi alam yang serba kekurangan air memang tidak bisa diharapkan lagi untuk bisa dijadikan tumpuan ekonomi mereka.
"Makanya melalui program 'Bunga Bangsa' ini kami berharap nantinya akan ada soluasi alternatif. Apalagi misalnya nanti pemerintah bisa membantu mengeborkan sumber air untuk pertanian, sehingga mereka tidak perlu bekerja di luar negeri lagi," kata Rojai berharap. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013