Madiun (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun, Jawa Timur, telah menyediakan sebanyak tiga unit truk tangki air milik PDAM setempat untuk mengatasi krisis air bersih di sejumlah daerah yang mungkin terjadi selama musim kering tahun ini. "Tangki tersebut berfungsi jika sewaktu-waktu warga membutuhkan distribusi air bersih. Sehingga, keluhan warga bisa segera ditindaklanjuti," ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Madiun, Soekardi, kepada wartawan, Sabtu. Menurut Soekardi, berdasarkan pemetaan yang ada, terdapat empat dari 15 kecamatan di wilayah Kabupaten Madiun yang rawan terjadi kekeringan. Yakni Kecamatan Pilangkenceng, Balerejo, Saradan, dan Wonoasri. "Di wilayah itu perlu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan irigasi sawah. sebab, biasanya pada musim kemarau seperti ini sumur warga dan juga sumur pantek petani sudah tidak mengeluarkan air lagi," kata dia. Namun, hingga saat ini belum ada laporan warga yang membutuhkan distribusi air bersih. Adapun laporan nantinya bisa dilakukan melalui petugas desa, lalu dilanjutkan ke kecamatan, dan kemudian diteruskan ke BPBD atau PDAM setempat. Karena itu, ia menilai krisis air di musim kemarau tahun ini tidak separah tahun lalu. Sebab, hingga September ini permintaan distribusi air bersih untuk kebutuhan memasak, mencuci pakaian, dan mandi bagi warga belum dilangsungkan. Demikian halnya dengan pemenuhan air untuk irigasi sawah juga masih tercukupi dari waduk, meski sudah terjadi penyusutan kapasitas air. Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Madiun, Antonioes Djaka, mengatakan penyusutan debit air yang terjadi di tiga waduk yang ada di Kabupaten Madiun berkisar antara 10 hingga 45 persen. Sesuai data yang ada, Waduk Notopuro di Kecamatan Pilangkenceng yang volume airnya semula 507.000 meter kubik, hingga pekan pertama September tahun ini telah menyusut menjadi 291.600 meter kubik. Hal serupa juga terjadi di Waduk Saradan, Kecamatan Saradan. Dia menjelaskan, volume airnya tinggal 303.000 meter kubik dari sebelumnya 564.200 meter kubik. "Sedangkan, volume air di Waduk Dawuhan, Kecamatan Wonoasri yang sebelumnya 4.412.000 meter kubik tersisa 4.041.000 meter kubik. Sudah menyusut tapi airnya masih bisa dialirkan keluar waduk," ucap Anton. Ia menjelaskan, penutupan saluran waduk baru dilakukan saat volume air di dalam hanya tinggal 30 persen dari kapasitas maksimal. Di Waduk Notopuro, misalnya, yang daya tampungnya 507.000 meter kubik maka saat air hanya tersisa 152.100 meter kubik sudah tidak bisa dialirkan. "Hal tersebut untuk menjaga stabilitas waduk. Selain itu agar pondasi waduk tidak retak. Jika keadaan telah demikian, petani diimbau untuk menanam palawija karena kebutuhan airnya lebih sedikit dibandingkan padi dan menghindari kerugian gagal panen," ujar dia.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013