Ahlan wa sahlan yaa Ramadhan. Kalimat indah inilah yang selalu diucapkan umat Islam saat menyambut Bulan Suci Ramadhan tiba. Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna karena pada bulan ini Allah menjanjikan rahmat, ampunan dosa dan keberkatan kepada orang yang berpuasa. Sehingga kedatangannya dinanti oleh orang yang bertakwa. Beberapa hari lagi, hampir seluruh umat Islam dipastikan sudah menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Kesemuanya menginginkan bisa mendapat kemenangan, baik dalam melawan hawa nafsu, egoistis, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagian besar umat Islam menyebut Ramadhan sebagai bulan jihad yang harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial. Tidak sedikit kegiatan yang sudah disusun untuk menyambut datangnya bulan ke sembilan dalam kalender hijriah ini. Baik itu kegiatan yang diselenggarakan secara perorangan maupun kelompok atau berbagai kegiatan yang dikemas dalam berbagai bentuk program tayangan melalui layar kaca. Biasanya kita juga melihat ada yang kontras ketika Ramadhan tiba. Masjid-masjid penuh dikunjungi jamaah, begitu pula saat shalat tarawih. Tapi terkadang di siang hari mereka yang ke masjid setelah mengerjakan shalat tidak melanjutkan ibadah lainnya, seperti membaca Al Quran, tetapi banyak yang tidur-tiduran menghabiskan waktu siang mereka. Dan tidak sedikit pula yang tinggal di rumah bermalas-malasan dengan menonton tayangan yang disajikan beberapa stasiun teleivisi. Sudah bisa dipastikan selama bulan Ramadhan, bahkan sepekan sebelumnya, stasiun televisi, baik lokal maupun nasional sudah mengemas program acara mulai pagi hingga dini hari, untuk menemani penontonn menikmati makan sahur. Namun, hasil evaluasi yang dilakukan oleh Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur Fajar Arifianto Isnugroho, sejumlah program acara Sahur Ramadhan pada sejumlah televisi masih bersifat konyol dan hedonis tanpa unsur syiar/dakwah Islam. KPID berencana mengeluarkan surat edaran kepada stasiun televisi lokal dan perwakilan stasiun televisi nasional sebagai “warning” agar program acara Sahur Ramadhan yang konyol dengan tayangan yang tidak menghormati orang yang berpuasa ditiadakan. "Jangan sampai bulan suci Ramadhan diisi dengan program acara yang mengedepankan hiburan yang nggak ada unsur edukasi keagamaan dan syiar atau dakwah Islam, tapi sekadar hiburan, komedi, atau kuis yang konyol," katanya. Selain KPID, keseriusan KPI untuk memonitor kegiatan tayangan televisi selama Ramadhan juga perlu terus ditingkatkan. Jangan sampai terulang ada tayangan-tayangan dari program pendidikan agama yang disiarkan oleh televisi nasional maupun lokal yang dapat memperuncing masalah khilafiyah amal ibadah di kalangan umat Islam sendiri. Pada bulan Ramadhan inilah momentum yang tepat untuk umat Islam berlomba-lomba mengamalkan kebaikan dengan kesadaran yang tinggi tetap menjaga toleransi kebersamaan, tidak pernah merasa paling benar, karena ada "hakim tinggi" yang menilai dan paling berhak memberi ganjaran, yakni ALLAH SWT. Selamat Beribadah Puasa. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013