Pamekasan (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Madura, Jawa Timur, melatih para pengusaha dan perajin batik tulis di wilayah itu berjualan barang dagangan mereka secara online, yakni melalui media internet. Menurut Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Pemkab Pamekasan Akhmad Zaini, Sabtu, pelatihan pemasaran online itu dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing pedagang dan perajin batik tulis di Pamekasan. "Sekarang ini kan sudah era global, pola penjualan sudah banyak yang berubah dari manual ke digital atau dengan sistem online," kata Zaini. Jika, sambung dia, sistem penjualan barang tetap dilakukan secara manual, maka daya saing pedagang dan perajin batik lokal Pamekasan akan kalah dengan yang lain. Padahal di sejumlah daerah perajin batik di Indonesia, seperti batik Pekalongan, dan Yogyakarta sudah lama memulai perdagangan mereka dengan sistem online. "Dengan biaya terbatas masyarakat di luar daerah bisa membeli batik yang mereka inginkan, tanpa harus datang ke lokasi. Paling pembeli cukup mengganti ongkos kirim sebesar Rp20 ribu hingga Rp30 ribu saja," kata Zaini. Menurut Zaini, sebenarnya potensi kerajinan batik di Kabupaten Pamekasan sangat besar, bahkan kabupaten ini telah mendeklariskan diri pada 24 Juli 2009 sebagai Kota Batik yang ditandai dengan adanya kegiatan membatik di kain sepanjang 1.530 meter. Jumlah perajin batik di Kabupaten tidak kurang dari 12.000 orang tersebar di tujuh kecamatan. Masing-masing, Kecamatan Pamekasan, Proppo, Pegantenan, Waru, Pegantenan, Galis dan Kecamatan Tlanakan. Di Kecamatan Pamekasan, terdapat sebanyak lima sentra batik, yakni di Desa Kowel dua sentra, Desa Toronan, Nyalabu Daja dan Kelurahan Gladak Anyar masing-masing satu sentra. Di Kecamatan Proppo sendiri sebanyak 12 sentra batik, yakni di Desa Klampar sebanyak lima sentra, Desa Toket dan Candiburung masing-masing tiga sentra dan Desa Rang-perang Daja sebanyak satu sentra. Selanjutnya di Kecamatan Palengaan sebanyak enam sentra, yakni Desa Banyopelle dua sentra, lalu Desa Panaan, Angsanah, Akkor dan Larangan Badung masing-masing satu sentra. Lalu di Kecamatan Waru sebanyak satu sentra, yakni di Desa Waru Barat dan Kecamatan Pegantenan sebanyak dua sentra, yakni di Desa Bulangan Haji dan Desa Ambender. Sentra batik lainnya ialah di Kecamatan Galis sebanyak satu sentra yakni di Desa Pagendingan, dan di Kecamatan Tlanakan satu sentra yakni di Desa Larangan Slampar. Zaini mengatakan, jika potensi batik yang ada di Pamekasan mampu dikelola dengan batik, termasuk sistem pemasannya menggunakan sistem modern, maka hazanah budaya warga Pamekasan akan lebih dikenal luas di berbagai penjuru nusantara, termasuk di luar negeri. "Memang ada sebagian pengusaha batik di Pamekasan ini yang mulai memasarkan batiknya dengan sistem online, tapi sangat terbatas. Melalui pelatihan ini kami ngin perajin dan pengusaha batik memanfaat kemajuan teknologi informasi dengan sistem penjualan online," katanya menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013