Bojonegoro (Antara Jatim) - Sejumlah pedagang di Bojonegoro, Jatim, berharap Pemerintah mengimpor sapi untuk menambah stok sapi di peternak guna meningkatkan suplai daging sapi di pasar tradisional. "Impor daging sapi yang dilakukan Pemerintah baru-baru ini hanya menambah stok daging sapi di kalangan menengah ke atas di super market bukan di pasar tradisional," kata seorang penjual daging sapi di Pasar Besar Kota Bojonegoro Arik M. Ali, Jumat. Hal senada disampaikan pedagang sapi lainnya di Pasar Sumberrejo, di Kecamatan Sumberrejo, Ny. Farida yang menyatakan tanpa impor sapi para penjual daging sapi akan semakin kesulitan memperoleh sapi di tingkat peternak. "Saya berhenti berjualan sudah dua bulan ini, sebab kesulitan memperoleh sapi," jelas Farida. Tidak hanya itu, seorang pedagang daging sapi lainnya di Pasar Besar kota Bojonegoro Ny. Masiyah menyebutkan hanya menyembelih dua atau tiga ekor sapi per hari, yang bisanya bisa meyembelih empat ekor sapi. "Sudah sulit harga sapi juga tinggi," ujar Masiyah. Pedagang daging sapi lainnya di Pasar Besar Bojonegoro Siti Muasmah menjelaskan para pedagang daging sapi kesulitan memperoleh sapi karena banyak peternak dari kalangan masyarakat takut beternak sapi dalam jumlah banyak karena harga bibit mahal. "Harga daging sapi sudah sebulan ini stabil berkisar Rp80 ribu sampai Rp85 ribu per kilogram. Kemungkinannya masih akan naik, sebab stok sapi di tingkat petani semakin berkurang," jelas Arik dibenarkan Ny. Siti Muasmah. Dimintai konfirmasi Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro Tukiwan Yusa menyatakan daerahnya tidak membutuhkan impor sapi karena populasi sapi yang ada mampu memenuhi kebutuhan lokal, bahkan ke luar daerah. "Bojonegoro tidak membutuhkan impor sapi. Stok sapi lokal lebih dari cukup untuk mencukupi kebutuhan daging sapi di masyarakat," tegasnya. Menurut dia, kebutuhan sapi di daerahnya hanya berkisar 15-20 ekor per hari, bahkan yang dikirim keluar daerah, rata-rata sekitar 550 ekor lebih per bulan, tidak akan mengurangi populasi sapi di wilayahnya. Ia memberikan gambaran, populasi di daerahnya jumlahnya mencapai 200.180 ekor, di antaranya sekitar 45.000 ekor atau 60 persen merupakan sapi betina, dengan tingkat kelahiran sekitar 7.300 ekor per tahun. "Mahalnya harga sapi tidak merugikan peternak, tapi mengurangi keuntungan pedagang daging sapi," jelasnya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013