Hari Buku. Ya...Hari Buku Nasional dan Hari Buku Sedunia. PBB melalui Unesco menetapkan 23 April 1995 sebagai Hari Buku Sedunia dan Hak Cipta Sedunia. Sedangkan pencanangan Hari Buku Nasional dilakukan bersamaan dengan peresmian Perpustakaan Nasional di Jakarta pada 17 Mei 1980. Unesco menetapkan tanggal 23 April sebagai Hari Buku Sedunia sebagai pengingat wafatnya penulis William Shakespeare, Miguel de Cervantes dan Inca Carcilaso de la Vega pada tahun 1616. Tanggal tersebut juga merupakan lahir dan wafatnya beberapa penulis seperti Maurice Druon, Josep Pla dan beberapa penulis terkenal lainnya. Buku mendapat tempat istimewa di masyarakat, terbukti dengan ditetapkannya Hari Buku. Buku sebagai gudang ilmu, buku sebagai ladang ilmu, buku sebagai jendela dunia dan lainnya. Banyak julukan untuk buku. Buku memiliki kekuatan yang luar biasa. Dengan membaca buku, orang menjadi tahu tentang berbagai hal baik seni budaya, agama, musik, kesehatan, pariwisata, teknologi dan lain sebagainya. Buku selama ini dikenal sebagai barang cetakan. Buku dicetak dalam berbagai bentuk serta desain. Tampilan halaman depan beraneka macam agar menarik. Ukuran buku yang relatif tidak besar menjadikan buku mudah dibawa. Buku, diakui atau tidak, telah merangsang berdirinya banyak usaha percetakan. Di negara maju, budaya membaca masyarakatnya tinggi. Amerika Serikat menerbitkan sekitar 75.000 judul buku setiap tahun, di negara berkembang seperti India mencapai 60.000 judul, sedangkan Indonesia yang juga sebagai negara berkembang diperkirakan masih relatif kecil yakni sekitar 7.000 judul. Era cetak sekarang telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi telah menawarkan berbagai alternatif dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Buku yang biasanya selalu dalam bentuk cetakan, belakangan buku juga bisa dibuka dalam bentuk digital atau elektronik, sehingga kemudian disebut dengan elektronic book (e-book) atau buku elektronik. Kecenderungan masyarakat membaca e-book diyakini banyak kalangan akan terus berkembang. Piranti penunjang agar masyarakat mudah mengakses e-book, menjadikan produk era kemajuan teknologi informasi ini juga semakin diminati. Produk itu di antaranya tablet, netbook, dan telepon pintar (smarphone) yang mempunyai kemampuan koneksi internet, penyimpananan digital, akses mesin pencari (search engine) dan aneka fitur lainnya. Dunia digital kini akrab dengan semua kalangan, tak terkecuali anak-anak. Anak-anak saat ini sangat mengenal dunia digital karena produk tablet, netbook, dan telepon pintar telah membanjiri pasar. Banyak pilihan dan harga relatif terjangkau. Produk-produk tersebut mempunyai kelebihan yaitu praktis, nyaman dijinjing, mudah untuk mengakses dan lainnya. Pasar terus dimanjakan dengan produk teknologi informasi terkini. Namun demikian, pertanyaannya sekarang adalah, apakah kemajuan teknologi informasi tersebut cukup membantu menumbuhkan minat baca pula di kalangan anak-anak dan remaja yang merupakan generasi penerus bangsa? Bagaimanakah minat baca pelajar di tengah era digital saat ini? Apakah makin meningkat karena semakin menarik dan memudahkan informasi didapat? Atau justru terjadi penurunan minat baca ? Pertanyaan lanjutannya adalah, bagaimana nasib perpustakaan yang ada di masyarakat saat ini? Apakah masih diminati pelajar, atau mereka justru beralih ke warnet dan gagdet? Apakah perpusatakaan nantinya akan menyesuaikan dengan perkembangan. Perpustakaan yang menyediakan atau menyimpan koleksi buku cukup banyak, cukup menyediakan fasilitas komputer dan sejenisnya untuk bisa mengakses bacaan melalui dunia maya? Kekhawatiran tersebut tampaknya memang sudah dirasakan. Sebelum sebagian besar penduduk dunia menjadi kutu buku, bisa jadi manusia sudah sampai pada satu masa ketika dunia sudah berada di alam multimedia. Ke depan, mungkin tidak perlu lagi ada tumpukan buku di perpustakaan, tapi tumpukan "compact disc" (piringan cakram) atau alat penyimpan lain berisi konten buku-buku. Era digital, era teknologi informasi, kini telah merambah kehidupan manusia di seluruh belahan bumi. Budaya membaca buku cetak tampaknya juga akan segera berubah ke budaya membaca buku melalui fasilitas teknologi informasi. Usaha percetakan atau penerbitan buku perlahan-lahan agaknya juga banyak yang akan gulung tikar. Terlepas dari masalah buku cetak atau digital, semangat terus menumbuhkan minat baca mungkin justru yang terpenting. Minat baca masyarakat, khususnya anak-anak bangsa, harus terus dijaga agar generasi penerus ini menjadi generasi yang gemar mambaca, generasi yang cerdas tapi tetap berakhlak mulia. Selamat Hari Buku... (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013