Kuala Lumpur (Antara/Reuters) - Jabatan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak bisa jadi akan dipaksa berakhir pada akhir tahun ini, menyusul koalisi mereka memperpanjang kekuasaan 56 tahun namun mencatatkan hasil Pilihan Raya Umum terburuk sepanjang sejarah, demikian disampaikan oleh sumber partai tersebut. Najib (59) mempertaruhkan masa depan politiknya untuk memperkuat koalisi pemerintah sebagai kubu mayoritas di parlemen dalam pemilihan umum pada Minggu (5/5) dengan mengandalkan pertumbuhan ekonomi, janji mereformasi kebijakan-kebijakan berbasis ras dan kucuran 2,6 miliar dolar AS (Rp2,5 triliun) melalui dana sosial langsung kepada warga miskin. Meski demikian ia semakin terpuruk dalam perpecahan dukungan partai menyusul koalisi Barisan Nasional pimpinannya hanya memenangi 133 kursi dari total 222 kursi di parlemen yang diperebutkan, tujuh kursi lebih sedikit dibandingkan perolehan tahun 2008 dan jauh di bawah target memborong mayoritas dua per tiga kursi total. Mereka juga kehilangan popularitas suara, menyusul komplain dari pihak oposisi bahwa sistem pemilihan kali ini diciptakan untuk mencegah hal tersebut. Partai koalisi oposisi pimpinan Anwar Ibrahim, Pakatan Rakyat, memenangi 89 kursi bertambah tujuh dari tahun 2008 namun masih gagal mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang paling lama berkuasa di dunia tersebut. Anwar, dalam sebuah pernyataan pada Senin (6/5) mengatakan ia tidak akan menerima hasil tersebut karena dihiasi dengan kecurangan pemilihan "yang tidak pernah terjadi sebelumnya". Ia, yang juga merupakan mantan wakil perdana menteri, telah menyerukan rakyat untuk mengadakan demonstrasi besar-besaran di Kuala Lumpur pada Rabu (8/5). Hasil buruk tersebut, memberi Najib tugas berat untuk meyakinkan partai Organisasi Nasional Persatuan Malaysia (UMNO) agar mendorong reformasi ekonomi dan menyingkirkan kebijakan-kebijakan yang mengutamakan etnis Melayu dibandingkan etnis lain. "Kita akan menyaksikan Najib turun dari jabatannya pada akhir tahun ini," ujar salah seorang pejabat senior di UMNO, yang merupakan partai pemimpin koalisi. "Ia mungkin telah berusaha sekuat tenaga, kami tidak tahu, tapi yang jelas ia memberi hasil terburuk. Ia tidak memiliki posisi tawar yang baik saat ini," ujar pejabat tersebut, yang enggan disebutkan namanya. Mantan Perdana Menteri Mahathir Mohammad, yang masih menjadi tokoh berpengaruh di UMNO, mengatakan kepada Reuters tahun lalu bahwa Najib harus meningkatkan perolehan 140 kursi yang dimenangi pada 2008 atau kedudukannya akan goyah. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013