Bojonegoro (Antara Jatim) - Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Hewan Banjarjo Pemkab Bojonegoro, Jatim, Memet memperkirakan jumlah sapi yang dipasarkan pedagang mencapai 700 ekor lebih meningkat dibandingkan pasaran lalu yang hanya sekitar 500 ekor. "Jumlah sapi potong dan bakalan yang dipasarkan pedagang hari ini meningkat dibandingkan pasaran selama April," katanya, Kamis. Ia menjelaskan meningkatnya jumlah sapi yang dipasarkan banyak dipengaruhi meningkatnya permintaan sapi terutama dari luar kota, mulai Jakarta, Bandung, juga berbagai kota di Jateng. Bahkan, katanya, permintaan sapi potong di lokal juga meningkat yang dipengaruhi banyak masyarakat yang memiliki hajatan, juga pembelian sapi bakalan yang dilakukan peternak untuk dipelihara. "Hanya rincinya berapa jumlah transksasi sapi potong dan bakalan yang terjadi hari ini saya belum tahu," jelasnya. Yang jelas, menurut dia, para pedagang luar dari berbagai daerah yang datang untuk melakukan pembelian sapi di pasar hewan setempat membawa 10 truk besar dan kecil. "Kalau sepi biasanya hanya ada tiga truk dari luar daerah," ujarnya. Sementara itu, seorang peternak asal Desa Kunci, Kecamatan Dander, Bojonegoro Panjang (65) mengatakan harga sapi yang cenderung tinggi akhir-akhir ini sangat menguntungkan peternak sapi. Hanya saja, kata Panjang dibenarkan peternak sapi lainnya asal Kecamatan Sugihwaras Sarman (45), para peternak sapi di pedesaan tidak terlalu berani membeli sapi bakalan dalam jumlah banyak. Alasannya, lanjutnya, para peternak tidak memiliki dana cukup untuk membeli sapi bakalan dengan jumlah banyak karena harganya tinggi. Saya baru membeli satu ekor sapi bakalan dengan harga Rp6 juta. Kalau beruntung dalam 10 bulan bisa laku di atas Rp10 juta. Tapi kalau kemudian harga sapi turun jelas merugi," ungkap Panjang. Selain itu, menurut dia, para peternak sapi di pedesaan takut kalau memelihara sapi dalam jumlah banyak mendadak harga sapi turun yang dipengaruhi impor sapi atau daging sapi. "Peternak yang memelihara sapi dalam jumlah banyak pernah merugi ketika harga sapi anjlok beberapa tahun lalu akibat sapi impor masuk Indonesia," jelas Sarman. Hal serupa juga dilakukan peternak lainnya asal Desa Ngadiluhur, Kecamatan Balen Guntur (42) yang baru menjual lima ekor sapi bakalan dengan harga rata-rata Rp6 juta per ekor. "Sapi bakalan langsung saya jual karena sudah memperoleh untung. Kalau terlalu lama dipelihara selain menghadapi resiko memberi pakan juga menghadapi resiko harga sapi turun," kata Guntur. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013