Jakarta (Antara) - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan persoalan yang menyeretnya hingga akhirnya menjadi tersangka bermula dari kongres Partai Demokrat di Bandung, Jawa Barat, pada Mei 2010. "Pada kongres Partai Demokrat di Bandung, saya ibarat bayi yang lahir tidak diharapkan," kata Anas Urbaningrum pada konperensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat di Jakarta, Sabtu. Menurut dia, sejak kongres Partai Demokrat tersebut, dirinya terus masuk dalam rangkaian peristiwa politik dan dinamika di Partai Demokrat. Partai Demokrat yang masih berusia muda, menurut dia, sehingga tradisi politiknya juga masih muda. "Pada titik ini saya belum akan menyampaikannya secara rinci, tapi pada saatnya akan saya sampaikan," ucapnya. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahaiswa Islam (PB HMI) ini mengakui, ketika memutuskan masuk dalam dunia politik praktis melalui Partai Demokrat menyadari bahwa politik kadang-kadang keras dan kasar. Di dunia politik, menurut dia, tidak sulit untuk menemukan pintu fitnah dan serangan negatif. "Ini saya sadari sejak awal. Karena saya tahu persis konsekuensinya, sehingga saya tidak akan mengeluh dengan keadan ini," ujarnya. Anas menyatakan memiliki keyakinan kuat dan semangat besar untuk terus menghadapinya, termasuk dengan risiko dan konsekuensinya. Mantan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI ini menilai keras dan kasarnya dunia politik sebagai suatu kelaziman. "Apalagi dalam sistem politik dan demokrasi di Indonesia yang masih muda, termasuk di Partai Demokrat yang traidisinya masih muda," katanya. Sebelumnya, KPK pada Jumat (22/2) petang, telah menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka pada kasus dugaan korupsi proyek pembangunan pusat olahraga di Hambalang, Bogor. KPK menjerat Anas Urbaningrum dengan pasal 12 huruf a atau huruf b atau pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013