Jakarta - Indonesia dan Jepang mengadakan seminar yang membahas pemulihan ekosistem yang telah mengalami deforestasi dan degradasi.
Dalam seminar yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) di salah satu hotel di Jakarta Barat, Selasa, dibahas bagaimana bentuk kerja sama riil mengenai proyek pengembangan kapasitas restorasi ekosistem di kawasan konservasi, demikian siaran pers Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau JICA di Jakarta, Selasa.
Deforestasi terjadi dengan latar belakang yang beragam, namun secara umum adalah alasan ekonomi antara lain kebutuhan pembangunan sejalan dengan bertambahnya populasi. Hutan di Indonesia yang mencapai 120,5 juta hektare atau sekitar 60 persen dari luas total Indonesia, memiliki manfaat beragam baik langsung maupun tidak langsung.
Manfaat langsung hutan diantaranya sebagai penghasil kayu dan non kayu sedang manfaat tidak langsung adalah sebagai pengatur iklim mikro, pengatur tata air dan kesuburan tanah, serta sumber plasma nutfah yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini dan di masa yang akan datang di Indonesia.
Proyek pengembangan kapasitas restorasi ekosistem di kawasan konservasi ini dilatar belakangi oleh penurunan wilayah hutan Indonesia sebesar 1080 juta hektare setiap tahunnya periode 2000-2005.
Ruang lingkup proyek ini meliputi ekosistem di dalam Taman Nasional yang telah mengalami kerusakan, khususnya Taman Nasional Sembilang, Taman Nasional Gunung Ciremai, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Gunung Merapi, dan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru.
Seminar yang diadakan Ditjen PKHA dan JICA ini mengharapkan timbulnya inisiatif dari pemerintah, swasta, dan pihak terkait dalam penyelamatan kawasan konservasi di Indonesia, sehingga bisa menjadi usaha pencegahan kerusakan hutan Indonesia pada tingkat yang lebih tinggi.
Sebelum menggelar acara di Jakarta, pertemuan serupa pernah diadakan di Malang untuk membahas konservasi ekosistem Taman National Bromo Tengger Semeru pada tahun 2012.
Kegiatan percobaan yang dilaksanakan di Danau Ranu Pani adalah pembuatan batu bata tanpa harus dibakar untuk mengurangi sedimentasi.
Batu bata tanpa bakar yang dibuat berasal dari sedimentasi yang ada di Danau Ranu Pani, dan dalam proses pebuatannya melibatkan peran serta masyarakat sekitar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013