Bondowoso - Pegiat Forum Lingkar Pena (FLP) Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, mengajak para siswa agar memiliki karya tulis dengan terus menerus berlatih dan banyak membaca buku. "Lewat acara bedah buku semacam ini kami harapkan juga mampu mendorong para siswa, khususnya di Bondowoso ini untuk gemar membaca dan membiasakan diri menulis," kata Ketua FLP Bondowoso Diana Angraini saat bedah buku karya Winda Iriani dan Erfan Nuryadi di Perpustakaan Bondowoso, Sabtu. Dua buku yang dibedah adalah "Anak Kuli Jadi Insinyur" karya Winda Iriani dan "Sang Penabur Mimpi" karya Winda Iriani bersama dengan Erfan Nuryadi. Kedua buku itu bercerita tentang perjuangan mereka meraih cita-cita yang berawal dari keberanian bermimpi. Kedua buku itu juga menceritakan peran seorang guru bimbingan konseling (BK) yang menggerakkan keduanya untuk berani bermimpi. Diana berharap agar forum-forum bedah buku atau diskusi mengenai tulisan bisa terus digalakkan di Bondowoso agar mampu merangsang anak-anak muda, khususnya para siswa cinta membaca dan pada akhirnya juga cinta menulis. "Lewat tulisan kita bisa menunjukkan bahwa anak-anak dari Bondowoso juga mampu dan tulisannya bisa menginspirasi banyak orang. Saya berharap, anak-anak Bondowoso bisa menjadi penulis terkemuka semacam Hely Tiana Rosa, Habiburrahman El Shirazy, Taufik Ismail atau Asma Nadia," kata seorang guru SMA ini. Sementara bedah buku yang dipandu oleh Fitria Eva itu berlangsung menarik meskipun diselenggarakan di luar ruangan dan turun hujan. Apalagi di tengah diskusi buku, Erfan Nuryadi menunjukkan kebolehannya dalam bidang hipnosis. Erfan yang akrab dipanggil Fafan mampu menghidupkan susana saat membawa ketiga peserta ke depan dengan berbagai ekspresi lucu. Saat itu, dua peserta diinduksi agar tidak mampu menahan tawa ketika orang lain menunjukkan telunjuk jarinya. Kedua siswa itu sampai menutup muka karena tidak kuat menahan tawa saat peserta lain menujukkan jari telunjuk. Bahkan saat kedua siswa itu turun masih "dikerjai" karena tidak bisa melangkahkan kaki dan tas yang dipegangnya lengket. Untuk diskusi buku, para siswa dan guru yang menjadi peserta menikmati kisah perjuangan Winda yang mampu menembus bangku kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Erfan kuliah di Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP). Keduanya menempuh kuliah lewat beasiswa penuh. Sejumlah peserta, termasuk guru mengaku ingin menangis membaca perjuangan kedua pemuda itu menggapai mimpi-mimpinya meskipun berada dalam kesulitan ekonomi orang tuanya. Seorang guru bercerita sangat ingin menjadi inspirasi kepada murid-muridnya, namun ternyata tidak mudah ketika menghadapi kendala dari orang terdekat. Sementara Dwiki, seorang siswa SMA mengaku sangat ingin menjadi orang sukses, bahkan nantinya bisa menjadi presiden. Ia mengungkapkan bahwa mimpinya itu hanya ia tulis dalam hati, sementara Fafan dan Winda menganjurkan untuk ditulis saja. "Mimpi yang ditulis dalam kertas atau buku itu tentu lebih kuat untuk mewujudkannya. Sebagai doa, mimpi itu akan lebih cepat untuk diwujudkan kalau ditulis," kata Fafan. Sementara Winda mengungkapkan bahwa mimpi terbesarnya yang ia tulis adalah menjadi perempuan terkaya di Indonesia. Dengan mencapai mimpi itu, ia yakin akan lebih banyak bermakna bagi orang lain dalam berbagai aspek kehidupan dengan jangkauan lebih luas. "Misalnya saya bisa membantu lembaga pendidikan, membantu orang naik haji, membantu orang sakit dan lain sebagainya. Saya tekankan bahwa orang berani hidup itu harus berani bermimpi," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013