Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan transformasi transmigrasi berbasis 5T sebagai strategi pemerataan pembangunan nasional melalui penguatan sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja, dan kolaborasi lintas sektor.
"Transformasi ini memberikan harapan baru bahwa transmigrasi tidak hanya soal perpindahan penduduk, tetapi juga pembangunan sumber daya manusia, ekonomi, dan sosial yang berkelanjutan," ujar Khofifah di Surabaya, Jatim, Rabu.
Khofifah menjelaskan konsep 5T merupakan pendekatan baru transmigrasi yang digagas Kementerian Transmigrasi agar program tersebut lebih adaptif terhadap tantangan pembangunan.
Lima pendekatan 5T tersebut meliputi Trans Tuntas, Translok (Transmigrasi Lokal), Trans Karya Nusantara (TKN), Trans Patriot, dan Trans Gotong Royong.
Menurutnya, Trans Tuntas menekankan penyelesaian menyeluruh kawasan transmigrasi, mulai dari infrastruktur dasar, akses layanan publik, hingga kemandirian ekonomi warga.
Sementara, Translok atau Transmigrasi Lokal difokuskan pada pemberdayaan masyarakat setempat sebagai subjek utama pembangunan kawasan transmigrasi.
Adapun Trans Karya Nusantara diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja bagi penduduk pendatang di wilayah penempatan, sehingga transmigrasi tidak semata berbasis pertanian, tetapi juga sektor produktif lain sesuai potensi daerah.
Selanjutnya, Trans Patriot menitikberatkan pada penguatan sumber daya manusia unggul melalui program pendidikan, beasiswa, serta penyiapan pendamping transmigran di kawasan transmigrasi.
Sementara itu, Trans Gotong Royong menekankan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha, serta sektor swasta dalam membangun dan merevitalisasi kawasan transmigrasi secara berkelanjutan.
"Transformasi transmigrasi melalui pola 5T ini sangat ideal karena satu sama lain saling melengkapi. Program transmigrasi hingga saat ini masih sangat relevan sebagai salah satu pendekatan strategis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat," katanya.
Khofifah menambahkan dari sisi daerah asal seperti Jawa Timur, transmigrasi berkontribusi menekan tekanan demografis, pengangguran, dan kemiskinan.
Di sisi lain, daerah tujuan memperoleh tambahan sumber daya manusia produktif yang dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal.
Pada 2025, Jawa Timur memperoleh alokasi 16 kepala keluarga dalam skema Trans Karya Nusantara.
Secara keseluruhan, komposisi penempatan transmigrasi nasional didominasi Translok atau Tempat Penampungan Sementara (TPS) sebanyak 795 kepala keluarga, sedangkan TKN atau Transmigrasi Penduduk Asal (TPA) sebanyak 95 kepala keluarga.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur Sigit Priyanto menyatakan transmigrasi tetap menjadi program strategis nasional dengan minat masyarakat yang tinggi.
Selain penempatan, transformasi transmigrasi juga mencakup pelatihan komponen cadangan (komcad) untuk memperkuat kualitas sumber daya manusia dan kesiapsiagaan di kawasan transmigrasi.
Editor : Taufik
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2025