Oleh Fiqih Arfani (Surabaya) - Potensi wisata Gunung Penanggungan sudah tidak ada lagi yang meragukannya. Tidak hanya satu-dua kekayaan yang tersimpan, namun puluhan bahkan ratusan, jika mau diteliti lebih jauh. Di Jawa Timur sendiri, tercatat banyak gunung yang kokoh berdiri dengan indahnya. Pemandangan terhampar hijau, seolah tak ada batasnya di provinsi yang terletak paling timur di Pulau Jawa ini. Bahkan gunung berapi tertinggi di Jawa ada di provinsi ini, yakni Gunung Semeru. Kemudian, pemandangan "land scape" yang terkenal di dunia dengan lautan pasirnya, yakni Gunung Bromo, juga ada di provinsi ini. Belum lagi Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Ijen, dan lainnya. Yang membuat beda, di Gunung Penanggungan tidak seperti gunung-gunung tersebut di atas. Di lereng-lereng gunung tersebut, terdapat puluhan hingga ratusan situs berbagai macam, di antaranya candi, punden berundak, batu-batuan, dan relief yang sangat mempesona. Hal itu pula yang membuat Balai Pelestarian Cagar Budaya atau BPCB (Dulu Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala atau BP3, red), Trowulan Mojokerto, tertarik melakukan penelitian lebih jauh demi menjadikan tempat wisata. Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto, Aris Sovyani mengakuinya. Bahkan ia telah memiliki perencanaan atau "master plan" untuk menjadikan gunung ini sebagai potensi wisata yang tidak ada duanya di dunia. "Kami telah memiliki 'master plan' untuk mengembangkan Penanggungan dengan kekayaan situs-situsnya. Ini sangat positif dan berharap akan terealisasi," ujarnya ketika dikonfirmasi ANTARA. Berbagai tahapan untuk menjadikan Penanggungan lebih baik telah direncanakannya. Mulai dari perencanaan anggaran pemugaran situs, perbaikan jalur atau akses, dan sebagainya. Hanya saja, rencana yang sejatinya sudah dimatangkan tersebut belum terealisasi dan akan kembali dibahas lebih lanjut sekitar awal 2013. Untuk menjadikannya nyata, BPCB akan segera berkomunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Apalagi, lanjut dia, dalam perundang-undangan diatur bahwa bangunan cagar budaya di sebuah daerah maka pengelolaannya melalui pemerintah setempat. "Kami akan segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah, khususnya Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa untuk membahas ini. Selain itu, tentu melibatkan sejumlah pemangku kepentingan demi terealisasinya wacana ini," kata dia. Tidak hanya itu saja, pihaknya juga mengaku akan melibatkan masyarakat setempat untuk membahasnya. Ini karena di kawasan kaki Penanggungan, tidak sedikit pemukiman dan rumah penduduk. Aris optimistis rencana tersebut bakal kesampaian dalam waktu dekat ini. Ia menilai, kepedulian Bupati Mojokerto terhadap persoalan ini sangat besar, apalagi latar belakang bupati yang seorang pengusaha dirasa akan sangat membantu. Untuk menjaga kelestarian situs sebagai cagar budaya, BPCB Trowulan sudah menempatkan sekitar 20 juru pelihara untuk menjaga situs-situs yang tersebar di Gunung Penanggungan. Selain bertugas untuk merawat, hal ini dilakukan mengantisipasi pencurian yang dulu masih kerap terjadi. "Dulu memang ada, tapi setelah ditempatkan juru pelihara, syukurlah kasus pencurian situs berkurang atau bahkan bisa dikatakan tidak ada," tukas Aris Sovyani. Bupati-Sejahrawan Dukung Secara terpisah, Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa menyambut positif rencana akan dijadikannya Gunung Penanggungan sebagai lokasi wisata, khususnya wisata petualangan dan pendidikan situs purbakala. "Tentu itu merupakan sebuah rencana positif dan sangat kami apresiasi. Pemerintah akan segera menindaklanjutinya," kata dia. Bupati yang lebih akrab disapa MKP tersebut mengaku rencana wisata Gunung Penanggungan sudah ada sejak dulu, bahkan sekarang sudah masuk dalam tahap pemetaan. Pihaknya mengatakan akan mengelola dan merenovasi secara bertahap sambil melakukan kajian. Ini karena penanganan situs purbakala tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tanpa melibatkan pihak terkait, khususnya BPCB. MKP juga menginginkan agar aset-aset berupa situs berbagai macam bentuk yang terdapat di Gunung Penanggungan bisa seperti semula. "Itu merupakan aset leluhur dan wajib hukumnya dirawat. Pemerintah tidak akan diam saja dan semoga semuanya bisa terealisasi," tutur dia. Jika berkembang menjadi potensi wisata maka tidak hanya Pemkab Mojokerto yang mendapat anugerah, berupa semakin pesatnya kunjungan wisatawan sehingga mampu mendongkrak pendapatan perekonomian pemerintah. "Warga setempat juga akan terangkat sisi perekonomiannya. Ini bagus untuk menopang dan menumbuhkan ekonomi kreatif," kata MKP. Tekad itu juga didukung sejarahwan Jatim, Prof. Dr. Aminudin Kasdi. Ia mengaku sangat mendukung jika Gunung Penanggungan dijadikan potensi wisata religi dan pendidikan karena menyimpan banyak situs berbagai jenis. "Sangat-sangat tepat dan semoga terealisasi. Selain potensi di gunung, letak yang sangat strategis membuat Penanggungan tidak akan pernah terlupakan. Gunung itu tidak jauh dari kota besar, Surabaya, dan kota wisata, Malang. Ini sangat bagus," ujarnya. Di sana, lanjut Guru Besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut, bisa dijadikan sebagai lokasi wisata religi atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ia mengakui, nuansa religi di Gunung Penanggungan masih sangat kental sampai sekarang. Ia menambahkan, sejarah Gunung Penanggungan memang sangat menarik untuk dipahami. Berdasarkan kitab Tantu Panggelaran, dijelaskan bahwa Bhatara Guru menugaskan Brahma dan Wisnu untuk mengisi Pulau Jawa dengan manusia, karena Pulau Jawa selalu dilanda goncangan maka para dewa memindahkan Gunung Mahameru dari India ke Jawa. Dalam perjalanan memindahkan gunung tersebut, bagian Mahameru berguguran menjadi gunung-gunung yang berjajar di sepanjang Pulau Jawa. Tubuh Gunung Mahameru diletakkan agak miring menyandar pada Gunung Brahma (Bromo) dan menjadi Gunung Semeru, sedang Puncak Mahameru sendiri adalah Gunung Penanggungan. Aminudin Kasdi mengusulkan, agar pengembangan wisata di Gunung Penanggungan juga melibatkan pihak terkait, terutama BPCB Trowulan Mojokerto. "Harus ada kajian dan penelitian untuk mengarah ke arah sana, apalagi di Penanggungan sampai saat ini masih terdapat prosesi ritual seperti pertapaan dan semedi yang dianggap sakral," tukas dia. Jika hal tersebut terealisasi, lanjut dia, maka wisata ini bisa disebut sebagai satu-satunya lokasi wisata religi Indonesia berbentuk petualangan di gunung. "Tidak berlebihan jika saya mengatakan Penanggungan adalah satu-satunya gunung di Indonesia, bahkan di dunia, yang memiliki kekayaan situs purbakala. Sayang kalau pemerintah tidak bersikap, apalagi jika sampai membiarkannya saja," katanya. (Tamat) (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012