Surabaya (Antara Jatim) - Bakal calon Gubernur Jawa Timur Nurwiyatno atau akrab disapa Cak Nur berkomitmen melestarikan cagar budaya setempat melalui berbagai upaya dengan harapan mewujudkan pembangunan perekonomian.
"Banyak yang bisa dilakukan untuk melestarikan sejarah, antara lain menjaganya dan memberdayakan sumber daya alam serta manusianya," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Senin.
Hingga saat ini, kata dia, peran pemerintah saja tidak akan cukup dalam melestarikan budaya di Jatim tanpa peran serta masyarakat, terlebih memiliki banyak peninggalan sejarah dan budaya yang mencerminkan kebesaran daerah pada masa lalu.
Menurut dia, besarnya modal potensi tersebut membuat pemerintah harus serius mengelolanya, termasuk melibatkan para cerdik cendikia untuk ikut merumuskan arah pembangunan provinsi ini ke depan.
"Sulit bagi kita dapat melestarikan semua peninggalan sejarah dan budaya nenek moyang tanpa keterlibatan masyarakat dan peningkatan kesejahteraannya, karena rakyat tidak akan berpartisipasi dalam pembangunan jika perutnya masih dalam kondisi lapar," ucapnya.
Karena itu, lanjut dia, diperlukan konsep pembangunan Jatim berkelanjutan dengan meletakkan masyarakat sebagai ujung tombak sehingga ke depan menjadi lebih kuat.
Sementara itu, sebagai wujud keseriusannya maju di Pilkada Jatim 2018, Cak Nur menyempatkan hadir menemui budayawan di sekitar Patirtan Jolotundo di lereng Gunung Penanggungan untuk berdiskusi sekaligus meminta masukan pelestarian budaya.
Inspektur Pemprov Jatim tersebut mengatakan bahwa di gunung yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Pasuruan dan Mojokerto itu adalah kawasan yang menyimpan banyak peninggalan sejarah sejak era kerajaan Kahuripan hingga Majapahit.
"Di sana kami menerima banyak masukan, terlebih Gunung Penanggungan adalah wilayah konservasi sekaligus wisata edukasi yang meliputi sejarah, alam dan budaya Jatim," katanya.
Ia menyampaikan salah satu konsep pembangunan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan peninggalan bersejarah itu yakni menempatkan Penanggungan sebagai kawasan cagar budaya dan wisata edukasi (alam dan budaya) dengan menempatkan masyarakat sebagai ujung tombak pembangunannya. (*)