Dinkes Kabupaten Madiun Kekurangan Jumantik
Jumat, 12 Oktober 2012 18:38 WIB
Madiun - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, saat ini masih kekurangan juru pemantau jentik (jumantik) sebagai bagian dari upaya penanggulangan penyakit demam berdarah.
"Kekurangan tersebut disebabkan karena banyaknya kader jumantik yang sudah tidak aktif lagi. Diperkirakan yang tidak aktif mencapai 80 persen," ujar Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Upaya Kesehatan (P2UK) Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun Soelistyo Widyantono, Jumat.
Menurut dia, ketidakaktifan tersebut disebabkan karena banyaknya kader yang telah mendapatkan pekerjaan baru, sehingga harus pindah ke luar kota.
"Kalaupun tidak pindah ke luar kota, banyak kader yang sudah mendapatkan pekerjaan lain di Madiun dan terpaksa meninggalkan tugasnya sebagai petugas jumantik," kata Soelis.
Ia menjelaskan, petugas atau kader jumantik tersebut rata-rata para kaum muda ataupun petugas posyandu di tingkat desa-desa yang direkrut oleh petugas kantor desa, kelurahan, dan juga puskesmas untuk bekerja sesuai jadwal yang ditentukan.
Setiap posyandu terdapat satu petugas jumantik. Adapun jumlah posyandu di seluruh wilayah Kabupaten Madiun mencapai 892 unit.
Meski kekurangan petugas jumantik, Soelis mengaku tidak perlu dipermasalahkan. Sebab, petugas jumantik hanya berfungsi sebagai stimulator saja kepada masyarakat.
"Hal yang terpenting adalah kesadaran dari masyarakat sendiri untuk bertanggung jawab menjaga kebersihan tempat tinggalnya masing-masing. Masyarakat tetap diimbau menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan tempat tinggalnya dengan ada atau tidak adanya petugas jumantik," terang Soelis.
Pihaknya mencatat, selama Januari hingga September 2012 telah ditemukan sebanyak 116 kasus demam berdarah di wilayah Kabupaten Madiun dengan dua kasus di antaranya meninggal dunia. Dua kasus DBD hingga meninggal dunia tersebut terjadi di Desa Ngampel, Kecamatan Mejayan pada Januari lalu dan terjadi di Desa Tawangrejo Kecamatan Gemarang pada Mei lalu.
"Dari kasus-kasus temuan tersebut terbanyak terjadi pada bulan Januari dengan jumlah mencapai 65 kasus. Serangan demam berdarah memang mengalami puncaknya pada musim hujan, jadi harus waspada. Apalagi saat ini sebentar lagi sudah masuk musim penghujan," kata dia.
Pihaknya juga telah mengirimkan surat kepada seluruh petugas puskesmas di wilayahnya untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih waspada dan menjaga kebersihan lingkungan, apalagi sebentar lagi musim hujan berlangsung.
Sementara, jumlah temuan kasus demam berdarah selama tahun 2011 di Kabupaten Madiun mencapai 105 kasus dengan satu kasus di antaranya meninggal dunia. (*)