Hatta Radjasa Puji Pertumbuhan Ekonomi Banyuwangi
Jumat, 7 September 2012 17:52 WIB
Banyuwangi - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa memuji langkah dan kebijakan yang diambil Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah, termasuk sektor investasi.
Pujian itu disampaikan Hatta Radjasa saat bersama Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Banyuwangi, Jumat.
"Saya salut dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi yang pada kuartal pertama tahun ini bisa mencapai 7,2 persen," katanya dalam sambutan pada acara penyerahan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan peresmian kantor layanan perizinan satu atap.
Sebelum itu, Menko Perekonomian dan Menhut mengunjungi Pondok Pesantren Darussalam di Kecamatan Genteng untuk berdialog dengan kelompok masyarakat sekitar hutan dan menyerahkan sejumlah bantuan.
Selain pertumbuhan ekonomi, Hatta Radjasa juga memberikan apresiasi terhadap keberhasilan Kabupaten Banyuwangi yang menempati ranking ketiga sebagai daerah tujuan investasi di Jatim, dari 38 kabupaten/kota yang ada di provinsi itu.
"Padahal, dua atau tiga tahun lalu sebelum Pak Anas menjadi bupati, Banyuwangi masih berada di peringkat ke-31 untuk tujuan investasi. Saya melihat Banyuwangi memiliki potensi besar untuk pengembangan investasi, baik lokal maupun asing," ujarnya.
Menurut ia, pemerintah pusat siap memberikan dukungan terhadap berbagai upaya yang dilakukan daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maupun investasi.
Khusus untuk Kabupaten Banyuwangi, pemerintah pusat siap membantu dalam pembenahan infrastruktur penunjang perekonomian, seperti pengembangan Bandar Udara Blimbingsari yang belum lama dioperasikan dan perluasan kawasan Pelabuhan Tanjung Wangi.
"Bahkan, jalur kereta api 'double track' Surabaya-Banyuwangi yang merupakan rangkaian dari jalur Banten-Surabaya juga akan dibangun dan diharapkan selesai pada 2014," katanya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelaskan, pihaknya memberikan peluang investasi sebesar-besarnya dan kemudian fasilitas kepada investor lokal dan asing untuk menanamkan modal di daerahnya.
"Dalam hal investasi, kami menerapkan manajemen warung Padang, yakni makan dulu sampai kenyang, bayar belakangan. Bahkan, kami juga sudah menyiapkan lahan untuk kawasan industri di Kecamatan Wongsorejo," katanya.
Anas juga mengungkapkan tingginya penyaluran kredit sektor ekonomi di Banyuwangi yang hingga pertengahan 2012 telah mencapai Rp5,3 triliun atau tumbuh sekitar 33 persen dibanding periode sama tahun lalu.
"Dari jumlah itu, sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) menyerap hampir Rp2,2 triliun, sisanya untuk sektor lain, termasuk KUR sekitar Rp400 miliar" ujarnya.
Untuk memberikan perlindungan terhadap sektor UMKM, lanjut Anas, Pemkab Banyuwangi menerbitkan aturan soal larangan pembukaan retail modern di daerahnya dan menutup retail yang izinnya habis atau tidak berizin.
"Saya juga menolak pendirian pusat perbelanjaan baru sampai IPM (Indek Pembangunan Masyarakat) Banyuwangi mencapai angka 73. Saat ini IPM kami baru 68," katanya menambahkan. (*)