Pengunjung Museum Trinil Meningkat Selama Liburan Sekolah
Senin, 9 Juli 2012 19:43 WIB
Ngawi - Pengunjung Museum Trinil di Desa Kawu, Kabupaten Ngawi, selama liburan sekolah meningkat tajam dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Juru Pelihara Museum Trinil, Catur Hari Gumono, di Ngawi, Senin mengatakan, selama liburan sekolah, jumlah pengunjung di museum yang terletak di Kecamatan Kedunggalar itu mencapai 100 orang per hari.
"Jumlah ini meningkat tajam jika dibandingkan dengan hari biasa yang sangat minim pengunjung. Secara total jumlah pengunjung selama bulan Juni 2012 yang bertepatan dengan liburan sekolah mencapai 1.412 orang," ujarnya.
Menurut dia, rata-rata para pengunjung tersebut berasal dari para akademisi atau pelajar yang ingin mengenal dan mempelajari kehidupan manusia purba dan makhluk hidup purba lainnya melalui fosil-fosil yang menjadi koleksi museum tersebut.
"Selain pelajar, ada juga masyarakat umum. Namun jumlahnya tidak banyak. Bahkan ada juga beberapa di antaranya yang merupakan wisatawan asing," kata dia.
Meski terjadi peningkatan pengunjung pada saat liburan sekolah, Catur menyatakan secara umum jumlah kunjungan di Museum Trinil sangat minim.
Data museum setempat mencatat, jumlah kunjungan ke Museum Trinil yang menjadi ikon Kabupaten Ngawi dan Indonesia tersebut tidak lebih dari 50 orang setiap harinya.
"Bahkan, sering dalam sehari jumlah pengunjungnya hanya lima orang," ujar pria yang bertugas di Museum Trinil sejak tahun 1991 ini.
Ia menilai, minimnya jumlah pengunjung ke Museum Trinil disebabkan karena rendahnya tingkat promosi yang dilakukan oleh pemerintah, baik, Pemerintah Kabupaten Ngawi, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, bahkan pemerintah pusat.
"Hal ini karena Museum Trinil bukan hanya aset di tingkat pemerintah daerah, provinsi, ataupun negara. Museum Trinil telah menjadi aset dunia yang keberadaannya patut menjadi ikon untuk Ngawi, Jawa Timur, dan Indonesia. Sayangnya, perhatian pemerintah sendiri bagi kelangsungannya sangat minim," kata Catur.
Selain minim promosi, rendahnya tingkat kunjungan juga dipengaruhi oleh sifat Museum Trinil yang tergolong dalam museum khusus dan bukan museum wisata.
"Meski demikian, sifat Museum Trinil yang khusus tersebut dapat diatasi dengan promosi yang seharusnya dilakukan gencar oleh pihak-pihak terkait," tambahnya.
Koordinator Museum Trinil Endro Waluyo mengatakan, pada museum itu menyimpan jejak situs penting penemuan manusia kera berdiri tegak atau "pithecantropus erectus" sebagai kekayaan intelektual.
Lokasi ini menunjukkan bahwa Jawa dan Indonesia mempunyai peran bertaraf internasional dalam studi paleo-arkeologi masa Pleistosen, dan pernah terlibat dalam perdebatan kontroversi Teori Darwin berupa pencarian rantai yang hilang atau "missing link" pada akhir abad ke-19. (*)