Salah satu rumah tua yang berada di area perkampungan yang kini dikenal dengan sebutan Kampung Heritage Kayutangan tersebut adalah Rumah 1870. Rumah 1870 tersebut, terletak di Jalan Basuki Rachmat Gang 6, Nomor 988.
Rumah yang dibangun pada tahun 1870 tersebut, merupakan rumah tertua yang ada di kawasan Kayutangan. Rumah dengan ukuran 8 x 11 meter itu memiliki atap perisai dan dilengkapi listplang bernuansa Betawi. Rumah bernuansa putih dan hijau itu dilengkapi jendela berwarna cokelat.
Selain rumah 1870, ada juga rumah Namsin yang merupakan salah satu ikon Wisata Heritage Kayutangan. Lokasi rumah Namsin, tepat berada di depan gang dan bangunan tersebut diperkirakan didirikan pada tahun 1900.
Potensi-potensi yang dimiliki kawasan tersebut memang banyak seputar bangunan atau rumah-rumah tua peninggalan masa Hindia Belanda. Potensi yang ada, perlu dibalut dengan kemasan yang menarik, sehingga menjadi daya tarik utama untuk para wisatawan.
Tantangan
Kampung Kayutangan Heritage memiliki potensi wisata yang bisa dibangkitkan. Nilai-nilai sejarah yang melekat pada kawasan itu bisa diolah dan dijadikan daya tarik bagi wisatawan yang menginginkan pengalaman menjelajah perkampungan, seperti pada masa Hindia Belanda.
Memang, sebelum pandemi virus Corona di Indonesia, potensi pariwisata di Kampung Kayutangan Heritage tersebut sesungguhnya sudah mulai menggeliat. Namun, pandemi COVID-19 memberikan dampak cukup dalam pada kawasan itu.
Bukan itu saja tantangan yang dihadapi. Daya tarik Kampung Heritage Kayutangan juga terimbas pembenahan koridor Kayutangan. Pembenahan yang dilakukan pada sepanjang Jalan Basuki Rachmat itu seolah membuat daya tarik kawasan perkampungan itu meredup.
Ketua RT 02/09 Jalan Basuki Rahmad Gang 6 Joni Agus (61) mengatakan bahwa sebelum terjadi pandemi penyakit akibat COVID-19, aktivitas pariwisata di Kampung Heritage Kayutangan lebih hidup dibandingkan saat ini.
"Kondisi di luar memang berbeda dengan di dalam (perkampungan), saat ini lebih ramai di luar. Kondisi ini juga berbeda saat sebelum pandemi. Sebelum pandemi, di dalam itu cukup ramai," kata Joni, dalam perbincangan dengan Antara.
Apa yang bisa ditawarkan Kampung Heritage Kayutangan saat ini hanya terbatas pada rumah-rumah lawas peninggalan masa Hindia Belanda. Selain itu, titik lainnya adalah keunikan sungai yang membelah perkampungan itu.
Sementara potensi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di dalam Kampung Heritage Kayutangan, dinilai masih belum optimal. UMKM baru bisa menggeliat jika Pemerintah Kota Malang menggelar kegiatan yang mampu memperkenalkan potensi Kampung Heritage Kayutangan.
Rumah-rumah tua menjadi titik yang disukai anak-anak muda untuk berfoto, namun baru sebatas itu. Sementara untuk mengoptimalkan keberadaan UMKM, masih perlu upaya lebih dari saat ini.
Di dalam Kampung Heritage Kayutangan, memang sudah bermunculan sejumlah kafe kecil atau kedai kopi yang tepat berada di jantung kawasan permukiman. Sejumlah kafe itu memang tidak seperti kafe pada umumnya yang memiliki meja dan kursi dalam jumlah besar untuk pelanggan.
Mayoritas kafe-kafe yang muncul di Kampung Heritage Kayutangan merupakan kafe rumahan yang dikelola pemilik rumah. Namun, keberadaan kafe tersebut bisa menjadi pengingat bahwa potensi ekonomi di Kampung Kayutangan Heritage itu tetap ada dan menjanjikan.
Warga Talun Es RT3/10 Dani Yulfikar (45) menambahkan, sebelum terjadi pandemi COVID-19, ia membuka usaha kafe yang dilengkapi dengan nuansa zaman dulu (jadul) dari barang-barang antik. Namun, seiring berjalannya waktu, kafe tersebut ditutup dan kini hanya membuka gerai barang kuno.
"Sebelum pandemi sempat berjualan kopi, namun akhirnya beralih ke barang antik," kata Dani.
Ia sepakat bahwa festival-festival bertema warisan budaya perlu digalakkan untuk membangkitkan potensi wisata Kampung Heritage Kayutangan,
Festival-festival itu tidak hanya pada koridor luar, tapi juga di dalam perkampungan itu.