New York (Antara/Xinhua) - Kurs dolar AS terus melemah terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena kenaikan suku bunga Federal Reserve AS dan jalur pengetatan moneter yang lebih lambat pada 2019 menambahkan tekanan terhadap greenback di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Sentimen investor tetap rendah karena analis percaya bahwa The Fed semakin lebih hati-hati tentang prospek ekonomi global.
Dalam pernyataan kebijakannya pada Rabu (19/12), Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menekankan bahwa mereka "akan terus memantau perkembangan ekonomi dan keuangan global serta menilai implikasinya terhadap prospek ekonomi."
Lemahnya likuiditas greenback telah melemahkan permintaan terhadap mata uang "safe-haven" tersebut, karena arus repatriasi dolar AS menurun menjadi sekitar 93 miliar pada kuartal ketiga, penurunan tajam dari kuartal pertama hampir 300 miliar, menurut Reuters.
Dengan demikian, beberapa pedagang beralih ke mata uang "safe-haven" lainnya seperti franc Swiss, yang naik terhadap dolar AS pada Kamis (20/12). Ekspektasi pasar telah melemahkan kekuatan greenback bahwa bank sentral Swedia tidak akan membatasi mengalirnya mata uangnya di waktu mendatang. Dalam jajak pendapat terbaru oleh Reuters, dua pertiga analis memperkirakan Riksbank Swedia akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah.
Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,1469 dolar AS dari 1,1371 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2670 dolar AS dari 1,2622 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7118 dolar AS dari 0,7114 dolar AS.
Dolar AS dibeli 111,11 yen Jepang, lebih rendah dari 112,35 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9869 franc Swiss dari 0,9942 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3496 dolar Kanada dari 1,3494 dolar Kanada. (*)
Dolar AS Tertekan Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi
Jumat, 21 Desember 2018 7:37 WIB