Yogyakarta (Antaranews Jatim) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi memperkirakan perilaku Gunung Merapi yang mengalami banyak letusan freatik dalam beberapa hari terakhir hampir sama dengan perilaku gunung tersebut pascaletusan besar pada 1872.
"Kondisi saat ini mirip dengan kondisi pascaletusan besar 1872 dan letusan besar sekitar 1930. Terakhir, Gunung Merapi mengalami letusan besar pada 2010," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, letusan besar yang terjadi pada 2010 menyebabkan terbentuknya kawah yang cukup dalam di puncak gunung sehingga tidak ada lagi sumbat lava atau sumbat tergolong lemah. Hal ini terlihat dari morfologi puncak yang tidak lagi runcing.
Kondisi tersebut, lanjut dia, memungkinkan adanya pelepasan gas yang kemudian muncul sebagai letusan freatik seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Pada Rabu (23/5) hingga pukul 20.00 WIB, terjadi dua kali letusan freatik, masing-masing pada pukul 03.31 WIB yang terjadi selama empat menit dengan ketinggian kolom letusan 2.000 meter dan pada pukul 13.49 WIB yang terjadi selama dua menit, namun ketinggian kolom tidak terlihat karena kabut.
Meskipun demikian, BPPTKG mengalami kesulitan jika harus membandingkan data parameter pascaletusan besar 1872 dengan 2010 karena sekitar 1,5 abad yang lalu data pemantauan Gunung Merapi masih minim dan tidak secanggih peralatan pemantauan seperti sekarang.
Namun demikian, kondisi Gunung Merapi yang mengalami banyak letusan freatik saat ini tidak sama dengan kondisi gunung sebelum terjadinya letusan pada 2006 dan 2010.
Saat itu, tidak ada letusan freatik namun langsung terjadi letusan. Salah satu indikator yang menunjukkan aktivitas vulkanik terlihat dari meningkatnya intensitas gempa vulkano tektonik hingga puluhan kali per hari saat Merapi berada dalam status waspada.
Sedangkan saat ini, menurut Agus, gempa vulkano tektonik tidak terlalu banyak. Bahkan sepanjang Rabu (23/5) hanya ada satu kali gempa vulkano tektonik. "Jadi, belum cukup untuk bisa menyimpulkan adanya pergerakan magma," katanya.
Meskipun demikian, BPPTKG kembali mengingatkan agar masyarakat tetap tenang namun waspada dengan tidak melakukan aktivitas apapun di dalam radius tiga kilometer dari puncak. Status Gunung Merapi masih tetap waspada.
Dampak dari letusan yang terjadi pada Rabu (23/5) adalah hujan abu di Kawasan Rawan Bencana II dan III khususnya di Kabupaten Magelang yaitu di Desa Keningar, Sumber, Dukun, Kalibening dengan jangkauan abu hingga 25 kilometer atau sampai di wilayah Borobudur.(*)
BPPTKG: Perilaku Merapi Hampir Sama Pascaletusan Besar 1872
Rabu, 23 Mei 2018 21:22 WIB