Jember (Antara Jatim) - Pernahkah anda mengenal dan mengonsumsi sayuran genjer? Ya sayuran itu merupakan salah satu tanaman sejenis enceng gondok yang hidup di air dan biasanya tumbuh liar di sekitar persawahan.
Tanaman yang memiliki nama latin "Limnocharis flava" itu memiliki daun yang terlapisi oleh lilin, sehingga terlihat mengkilat dan batang yang berongga atau berpori.
Sayuran genjer itu memiliki kandungan gizi yang tidak kalah tinggi dengan jenis sayuran hijau lainnya, meskipun pernah diidentikkan sebagai makanan kelas bawah, namun ternyata kandungan gizinya termasuk ke dalam kelas tinggi.
Tanaman yang biasa menjadi gulma di persawahan itu biasanya diolah menjadi oseng atau tumis genjer, pelengkap pecel, dan campuran gado-gado, serta dibuat sayur bobor.
Ditangan empat mahasiswa semester VI Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember yakni Naili Mawadatur Rohma, Willibrodus Tri H, Ahmad Tri Rifqi, dan Sri Ningsih, sayuran genjer tersebut disulap menjadi sebuah dendeng.
"Selama ini dendeng selalu dibuat dari daging sapi, ayam, atau ikan karena dendeng merupakan makanan khas Nusantara yang selalu diburu penikmat kuliner, sehingga kami coba mengolah genjer menjadi dendeng yang lezat," kata Naili Mawadatur Rohmah, satu dari empat pembuat dendeng genjer.
Genjer merupakan sayuran yang memiliki kandungan serat yang cukup tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan serat tubuh dalam sehari, sehingga dapat melancarkan pencernaan.
"Genjer juga mengandung protein yang cukup tinggi, kalsium tinggi yang dapat membantu pertumbuhan tulang, fosfor, dan zat besi, sehingga baik dikonsumsi," tutur mahasiswi berjilbab itu.
Unsur gizi yang dikandung tanaman sayur genjer itu, setiap 100 gram genjer mengandung energi 39 kkal, 1,7 g protein, 7,7 karbohidrat, 62 mg kalsium , 33 mg fosfor, dan 2.1mg zat besi.
"Pengolahan genjer menjadi dendeng merupakan salah satu alternatif untuk memperpanjang masa simpannya karena tanaman yang kaya serat itu mudah sekali rusak," paparnya.
Untuk mengolah tanaman genjer menjadi dendeng, lanjutnya, perlu ditambahkan telur, tepung kedelai, tapioka, dan bumbu rempah-rempah khas Indonesia.
"Membuat dendeng genjer hampir sama dengan dendeng pada umumnya, namun ada teknik khusus untuk menghilangkan rasa agak pahit daun genjer dan pengolahannya memerlukan sinar dalam proses pengeringannya," katanya.
Kandungan gizi dendeng genjer juga tidak kalah dengan kandungan gizi yang terdapat di dalam dendeng daging pada umumnya, karena setiap 1 gram dendeng genjer menghasilkan energi sebesar 3,5 kalori dan mengandung karbohidrat (51,44 persen), protein (9,82 persen), lemak (8,89 persen), air (28,84 persen), dan mineral (1,01 persen).
"Untuk melengkapi kandungan gizinya , maka ditambahkan tepung kedelai sebagai sumber protein, sehingga dendeng genjer bisa digunakan sebagai lauk atau langsung dimakan sebagai kudapan," katanya.
Harga satu kemasan dendeng genjer itu cukup murah yakni Rp6.000 per bungkus dan dapat dijadikan camilan saat santai, namun dendeng tersebut hanya bisa bertahan sekitar dua hingga tiga minggu karena empat mahasiswa itu tidak menambahkan bahan pengawet dalam kreasi produk olahan berbahan baku sayuran genjer itu.
Bagi anda penikmat kuliner vegetarian, tidak ada salahnya mencoba dendeng genjer ala mahasiswa FTP Unej dan menikmati sensasi rasanya yang unik, setelah digoreng sebentar, sebelum disajikan.