Penjualan Pohon Natal dari Limbah Jati Meningkat
Sabtu, 22 Desember 2012 12:57 WIB
Ngawi - Penjualan pohon natal yang terbuat dari limbah kayu dan akar pohon jati di Kabupaten Ngawi menjelang perayaan Natal tahun 2012 meningkat signifikan dari hari biasa.
Kerajinan membuat pohon natal dari limbah kayu dan akar pohon jati tersebut ditekuni oleh Somo Midi, pemilik UD Java Alam Esa yang berada di Jalan Raya Ngawi-Solo, Dusun Ngubalan, Desa Banjarbanggi, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi.
"Menjelang Natal, penjualan meningkat hingga tiga kali lipat. Pada hari biasa di luar perayaan Natal, penjualan pohon natal dari akar dan kayu jati tidak sampai 100 buah per bulan. Menjelang Natal, sudah 300 buah yang terjual dalam sebulan terakhir," ujar Somo kepada wartawan, Sabtu.
Karena penjualannya yang meningkat, omzet yang didapat otomatis juga naik. Menjelang Natal, omzetnya mencapai Rp15-20 juta per bulan, sedangkan diluar momentum Natal tak sampai Rp10 juta.
Menurut Somo, membuat pohon natal dari limbah kayu dan akar pohon jati selalu dilakukannya setiap tahun menjelang perayaan Natal. Ide tersebut muncul karena ingin membuat sesuatu yang unik dan menarik. Selama ini, pohon natal identik terbuat dari plastik atapun pohon cemara asli.
"Hasilnya, ternyata banyak yang suka dan pesan, bahkan hingga diekspor melalui jasa agen atau perantara," terang Somo Midi.
Pohon Natal dari akar dan kayu jati tersebut merupakan pesanan perseorangan, distributor, galeri, dan sejumlah gereja. Selain laku di pasar lokal, pohon natal dari limbah akar dan kayu jati tersebut juga sudah merambah pasar luar negeri.
Ukuran pohon natal dari limbah akar dan kayu jati inipun bermacam-macam. Mulai tinggi di bawah 1 meter hingga 4 meter. Semakin besar ukurannya, semakin mahal karena membutuhkan bahan baku yang lebih banyak. Ukuran setinggi 60 centimeter dihargai Rp120 ribu, 80 centimeter Rp150 ribu, dan satu meter Rp200 ribu. Kemudian ukuran tinggi 1,5 meter dihargai Rp250 ribu, dua meter Rp350 ribu, tiga meter Rp800 ribu, dan empat meter Rp1 juta per buah.
Seluruh bahan baku pohon natal berbentuk pohon cemara itu dibuat dari potongan kayu dan akar kayu jati. Dalam membuatnya, ada beberapa bagian yang harus dibentuk terpisah mulai dari dasar atau kaki penyangga, batang, hingga daun. Setelah masing-masing bagian dibentuk atau dipahat, permukaan kayu dihaluskan dan dibersihkan dengan disemprot air. Untuk mempercantik, biasanya dipoles dengan cat atau vernis.
Setelah lengkap, seluruh potongan dirangkai dan disambung dengan paku dan diperkuat lem kayu. Potongan-potongan dirangkai hingga menjadi replika pohon cemara yang membentuk mengerecut di puncaknya.
"Lama pembuatan pohon natal dari akar dan kayu jati itu tergantung dari ukuran yang dibuat. Ukuran 60-80 centimeter sehari bisa membuat tiga buah. Tapi untuk yang ukuran 1,5-2 meter per buah membutuhkan waktu sehari. Sedangkan yang ukuran 3-4 meter biasa dibuat dalam tiga hari per buah," ujar salah satu pekerja, Muyantoko.
Menurutnya, bahan limbah akar dan kayu jati yang digunakan tak sembarangan. Harus yang berusia puluhan tahun agar awet. Ia mendapatkan bahan baku limbah akar dan kayu jati itu dari sejumlah warga atau pengepul yang biasa mencari akar kayu jati di hutan di Ngawi dan sekitarnya.
Selain membuat pohon natal dari akar dan kayu jati, Somo dan 13 pekerja yang dimilikinya juga membuat meja, kursi, dan asesoris lain dari akar kayu jati. (*)