Surabaya - Sebanyak 24 karya seni bertajuk "Pharmacide Arts" yang dihasilkan 24 seniman ASEAN dipamerkan di Perpustakaan Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, 27 November hingga 4 Desember 2012. "Terima kasih atas kesediaan Unair untuk bekerja sama dengan kami dan semoga kerja sama yang pertama kali ini akan berlanjut," kata Direktur Institute Francais Indonesia (IFI) Mathieu Dumesnil di sela-sela acara pembukaan di Perpustakaan FK Unair, Selasa. Dalam pameran yang dibuka Wakil Rektor III Unair Prof dr Soetjipto MS PhD itu, ia juga menyampaikan terima kasih kepada seniman Surabaya, Taufik Monyong. Acara pembukaan itu juga dihadiri perupa Agus 'Koecink' Sukamto, fotografer Hari Yong Condro, ahli spesialis andrologi Unair yang juga seniman Dr Aucky Hinting PhD Sp.And, Manajer Museum 'House of Sampoerna' Rani Anggraini, dan sebagainya. "Karya seni yang dipamerkan merupakan kampanye penanggulangan penyalahgunaan obat palsu dan obat terlarang, sehingga kampanye diharapkan akan efektif," kata Wakil Rektor III Unair Prof dr Soetjipto MS PhD. Ia menilai kampanye kesehatan selama ini terkesan lebih dogmatis dan berbau propanda melalui brosur dan sejenisnya. "Kali ini, kampanye dicoba melalui karya seni, mungkin agak sulit dipahami, tapi maksudnya bisa lebih mengena," katanya. Karya "pharmacide arts" yang dipamerkan antara lain tengkorak yang menelan kapsul (Malisa Dalasawath/Laos), tengkorak yang diberi infus dari kepala hingga kaki (Adhya Ranadireksa/Indonesia), dan sebagainya. Menurut Kepala Kantor Urusan Internasional (IOP) Unair I.G.A.K Satrya Wibawa MCA, karya seni dalam bentuk lukisan dan instalasi itu merupakan hasil karya 24 seniman dari ASEAN yakni Kamboja, Laos, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. "Karena itu, 24 karya seni dari 24 seniman itu dipamerkan secara berkeliling ke negara-negara itu. Sebelumnya, pameran digelar di Kamboja dan sekarang di Indonesia. Setelah itu di Thailand, Laos, dan Vietnam," katanya. Di Indonesia, ke-24 karya itu dipamerkan di Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung. Lokasinya pada sejumlah galeri dan Unair. "Jadi, Unair merupakan satu-satunya universitas di Indonesia yang menjadi lokasi pameran untuk karya seni yang memadukan seni dan sains itu," katanya. Ia mengaku Unair langsung menerima tawaran IFI, karena pameran seni yang dipadukan dengan sains medikal merupakan pertama kali, apalagi melibatkan seniman ASEAN. "Tema pameran juga pas dengan tekad Unair menjadi pusat pengembangan ilmu kesehatan nasional," katanya, didampingi Bagian Budaya dan Komunikasi IFI, Pramenda Krishna A. Secara terpisah, perupa Agus 'Koecink' Sukamto menilai pameran yang memadukan seni dengan sains sebenarnya bukan hal baru di luar negeri, tapi di Indonesia tergolong baru. "Pesan yang dimasukkan dalam karya yang memadukan seni dan sains mungkin nggak mudah dipahami sehingga perlu penjelasan dari seniman, tapi media penyampaian lebih mudah diterima siapa saja," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012