Madiun - Wakapolda Jatim Brigjen Eddi Sumantri menegaskan bahwa aparat kepolisian harus meningkatkan fungsi bintara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (babinkamtibmas) untuk mendeteksi awal dan mencegah timbulnya konflik di masyarakat. "Polri memiliki babinkamtibmas serta intelijen, TNI memiliki babinsa serta intelijen, lalu pemda memiliki kesbangpol dan linmas dengan program penyuluhannya," ujarnya setelah gelar pasukan pengamanan perayaan tahun baru Muharam atau Suro di Alun-Alun Kota Madiun, Kamis. Menurut dia, alat TNI/Polri tersebut harus dapat menyatu dan mendapat kepercayaan dari masyarakat sehingga hubungan dengan masyarakat dapat terbina. "Alat atau perangkat itulah yang bisa dijadikan senjata untuk menghindari konflik sosial di masyarakat. Dari situ, aparat bisa mendapatkan informasi dan memberikan masukan-masukan yang positif agar konflik dapat dicegah," katanya. Selain itu, aparatnya juga melibatkan tokoh agama untuk memberikan ajaran keagamaan, termasuk berjihad yang benar, sehingga kesadaran masyarakat akan terpupuk. Eddi menilai, konflik sosial di Jawa Timur masih bersifat umum. Misalnya masalah buruh, sengketa tanah, ataupun bernuansa agama. Hal tersebut juga terjadi di wilayah lainnya. Meski demikian, pihaknya tidak ingin kecolongan dan menganggap ringan permasalahan yang ada. "Selain masih bersifat umum, di Jawa Timur juga tidak terdapat titik rawan yang mengarah ke kritis. Meski demikian ada yang unik, yakni Madiun dengan ikon perguruan pencak silatnya," kata dia. Secara umum, lanjutnya, perguruan pencak silat itu terdapat di berbagai daerah. Namun, khusus wilayah Madiun menjadi unik karena merupakan sentra atau pusat. Upaya-upaya pencegahan konflik terus dilajukan oleh aparat. Saat ini, pemerintah daerah bersama TNI/Polri sedang berusaha untuk menjadikan agenda tahunan Suran Agung yang dilakukan anggota pencak silat Persaudaraan Setia Hati (PSH) Terate dan Tunas Muda Winongo menjadi tradisi yang positif. "Rapat koordinasi tingkat bakorwil sudah dilakukan. Saat ini pemda sedang mencari model apa yang pas agar kedua kelompok ini bersedia mengubah momentum Suran Agung menjadi sesuatu yang bernilai baik dan tidak bentrok," katanya. Sementara, Kapolres Madiun Kota AKBP Adi Deriyan, menambahkan, untuk pengamanan perayaan Tahun Baru Muharam atau Suro, Polres Madiun Kota akan menyiagakan sebanyak 2.560 personel polisi dan gabungan yang terdiri atas polisi, Brimob dan Polres jajaran sekitar Madiun Kota, serta petugas TNI. "Polisi akan melakukan pengawalan pesilat anggota PSH Terate dari titik keberangkatan di daerah masing-masing, berkumpul dan berkegiatan di makam, sampai kembali lagi ke daerahnya masing-masing seperti Ngawi, Magetan, Ponorogo, dan Trenggalek," kata AKBP Adi. Diperkirakan lebih dari 15.000 anggota PSH Terate dari eks-Keresidenan Madiun melakukan Suran Agung yang dipusatkan di wilayah Kelurahan Pilangbango pada Kamis (15/11) pagi hingga sore. Suran Agung merupakan agenda tahunan PSH Terate dan Tunas Muda Wingongo untuk berziarah ke makam pendiri perguruan pencak silatnya setiap tahun baru Islam. Untuk PSH Terate, Suran Agung tahun ini diagendakan pada tanggal 15 November dengan berziarah ke makam pendiri PSH Terate Ki Hajar Hardjo Oetomo di Desa Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo dan makam tokoh pembaharu PSH Terate RM Imam Koesoepangat di Keluarahan Taman, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Namun, untuk PSH Tunas Muda Winongo, Suran Agung diagendakan pada tanggal 25 November mendatang dengan berziarah ke makam pendiri aliran pencak silat Setia Hati yakni Ki Ngabei Soero Diwiryo (Eyang Suro) di Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012