Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri, Jawa Timur, melakukan pendampingan dan pemberdayaan ekonomi warga melalui Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) di Kabupaten Kediri.
Dosen UNP Kediri Ika Santia mengemukakan program pemberdayaan itu dikemas dengan konsep fenomenal bertajuk “8 Pojok” melalui Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa). Konsep tersebut bagian dari gagasan kampus bertajuk “Lingkar Desa Cerdas”, bertujuan membina organisasi kemahasiswaan agar memiliki kapasitas memimpin dan melakukan pengabdian serta pemberdayaan masyarakat secara langsung.
“Delapan pojok lahir dari potensi Desa Manggis. Ada wisata, kesenian, UMKM, hingga literasi yang masih rendah. Program ini memberdayakan masyarakat sekaligus melahirkan inovasi digital,” katanya di Kediri, Senin.
Ia menambahkan dalam program tersebut memang melakukan pendampingan di Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri.
Program yang didanai pemerintah pusat tersebut melibatkan mahasiswa lintas program studi, mulai dari teknik informatika, matematika, manajemen, pendidikan jasmani, hingga bimbingan konseling (BK).
"Total lebih dari 150 warga ikut terlibat aktif selama lima bulan. Respon warga juga luar biasa," kata Ika yang juga dosen pendamping program tersebut.
Mahasiswa UNP Kediri Redista Nazriana menambahkan dalam program ini menyulap desa menjadi laboratorium hidup yang menggabungkan literasi, teknologi, ekonomi kreatif, hingga pelestarian budaya.
Ia menyebut program pemberdayaan itu mulai dari sempoa untuk anak-anak, pengolahan sampah 3R, budi daya lele dan kangkung, sampai coding game untuk siswa SD – semuanya dirancang sesuai kebutuhan dan potensi Desa Manggis.
“Semua kami desain sesuai kebutuhan dan potensi desa, mulai dari anak-anak, pemuda, hingga ibu rumah tangga bisa ikut terlibat,” kata Redista.
Mahasiswa Pendidikan Matematika UNP Kediri tersebut juga menambahkan inovasi tidak berhenti di pelatihan.
"Produk nyata ikut lahir, sempoa dari barang bekas, lilin aromaterapi, tas anyaman, peta interaktif wisata, website Desa Manggis, bahkan aplikasi 360° berbasis AR/VR yang memperkenalkan budaya desa ke dunia digital," kata dia.
Sementara itu, salah seorang warga, Sri Mariati mengaku senang dengan adanya pendampingan mahasiswa dan kampus UNP Kediri tersebut.
Ia mengatakan suka membuat kerajinan tangan. Jika dahulu hanya membuat tes sederhana, kini ada berbagai macam model yang dibentuk.
“Saya dulu hanya bisa bikin tas sederhana. Sekarang bisa merajut, macramé, dan menjahit. Bahkan hasilnya sudah dipasarkan secara daring,” kata Sri Mariati yang juga warga Dusun Ringin Bagus, Desa Manggis tersebut.
Perangkat Desa Manggis Dhanas Setianur Dwi Sukma Diva menilai keterlibatan mahasiswa membuka peluang usaha baru.
“Banyak ibu-ibu petani bisa ikut setelah pulang dari sawah. Program ini nyata mendongkrak ekonomi desa,” ujarnya.
Ia menambahkan berkat pendampingan yang dilakukan, kini Desa Manggis bukan lagi sekadar desa biasa tetapi ada banyak inovasi yang dibuat mulai dari pojok baca hingga pojok budaya, dari coding digital hingga pelestarian artefak bersejarah.
Pemerintah desa, kata dia, juga menyatakan siap mendukung keberlanjutan program ini, sebab “8 Pojok” tak hanya memberi ilmu, tapi juga menyalakan api perubahan.
Tokoh masyarakat Dusun Dorok, Desa Manggis Anton Sujarwo juga mengapresiasi program itu.
Ia menambahkan bukan hanya soal ekonomi, mahasiswa juga menyulut semangat pelestarian sejarah. Bahkan, ia dengan warga lainnya termotivasi untuk terus menjaga koleksi artefak peninggalan Medang hingga Majapahit yang ada di rumahnya.
“Kehadiran mahasiswa mendorong masyarakat melestarikan warisan sejarah. Kalau dibuat ruang khusus, bisa jadi wisata edukasi yang mendatangkan manfaat ekonomi,” kata dia.
Editor : Vicki Febrianto
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2025