Surabaya - Intelektual muda Anies Baswedan memberikan apresiasi gerakan "Scolah - Unair Mengajar" (School of Airlangga in Harmony - Unair Mengajar) yang digagas mahasiswa Unair dalam peluncuran gerakan itu di Auditorium Rektorat Unair Surabaya, Rabu. "Gerakan itu positif dan harus dikembangkan, karena mereka tidak hanya bersemangat mengidentifikasi kekurangan, tapi mereka mengidentifikasi kekurangan dan turun langsung memperbaiki kekurangan itu," kata pendiri 'Gerakan Indonesia Mengajar' itu. Didampingi sejumlah mantan pengajar muda dari "Gerakan Indonesia Mengajar" asal Surabaya dan sekitarnya saat peluncuran "Scolah - Unair Mengajar" itu, Anies menjelaskan mahasiswa selama ini hanya mengidentifikasi kekurangan dan meminta orang lain yang berbuat. "Jadi, apa yang dilakukan mahasiswa Unair itu bukan aksi temporer, tapi mereka terlibat langsung dengan mendekati persoalan di tengah masyarakat. Persoalan itu didekati dengan gerakan, bukan didekati dengan program," katanya. Rektor Universitas Paramadina Jakarta itu menilai nama "Scolah - Unair Mengajar" itu merupakan nama yang baik, karena orang yang belum tahu tujuan gerakan itu akan langsung mengerti maksud dari gerakan itu. "Apalagi, motto-nya cukup menarik, yakni memberi harapan, menebar inspirasi, membangun mimpi. Rasanya, tujuan dan motto gerakan itu cukup memberi penegasan bahwa kekayaan terbesar bangsa Indonesia bukanlah pertambangan, tapi manusia-nya," katanya. Hal itu, katanya, berbeda dengan pemikiran masyarakat dan pemimpin Indonesia yang melihat kekayaan Indonesia adalah minyak, gas, dan sejenisnya, padahal pemikiran seperti itu mirip pemikiran kolonial yang hanya membangun infrastruktur, tapi bukan membangun manusia. "Karena itu, ketika masa penjajahan berakhir pada tahun 1945, kita memiliki infrastruktur yang cukup bagus, tapi 95 persen masyarakat buta huruf dan kita hanya memiliki 92 unit SMA pada saat penduduk Indonesia berjumlah 75 juta orang. Sekarang juga sama, kita nggak marah kalau nggak ada sekolah, tapi kita marah kalau nggak mendapat bagian pertambangan," katanya. Menurut dia, mahasiswa Unair dengan gerakan "Scolah - Unair Mengajar" itu menjawab persoalan dengan cara seperti yang dilakukan para pejuang di Kota Pahlawan yakni berbuat. "Caranya cukup dua yakni melihat sekeliling dan turun tangan langsung," katanya. Cara itu, katanya, akan berdampak besar, karena tidak hanya mengajar anak mengenyam pendidikan secara benar, tapi juga mengajar orang tua dari anak itu untuk membangun mimpi bagi anak-anaknya agar meneladani para mahasiswa Unair yang mengajari mereka. Secara terpisah, koordinator gerakan "Scolah Unair Mengajar" BEM Unair, Royan Dawud Aldian, mengatakan peluncuran gerakan itu juga merupakan pengumuman nama dari 30 dari 178 mahasiswa yang lolos menjadi pengajar "Scolah - Unair Mengajar" untuk angkatan pertama. "Nantinya, mereka akan kami latih selama 2-3 bulan untuk mengajar di berbagai rumah belajar (rubel) binaan kami selama ini, lalu mereka akan diterjunkan ke beberapa daerah untuk mengajar selama satu bulan saat mereka liburan semester," katanya. Ia menambahkan ke-30 mahasiswa yang akan diterjunkan ke beberapa SD di Jatim itu tidak hanya mengajar secara akademik, namun mereka juga mengajarkan pengembangan diri untuk memberi harapan, menebar inspirasi, membangun mimpi sebagaimana motto dari gerakan itu. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012