Surabaya - Manajemen Perum Perhutani Unit II menduga kebakaran Gunung Lawu, Ngawi, akibat kelalaian masyarakat yang memiliki kebiasaan membuat arang di kawasan tersebut.
"Gunung Lawu memang termasuk lokasi yang rawan kebakaran. Hampir setiap tahun terjadi kebakaran," kata Humas Perum Perhutani Unit II, Avid Rollick Septiana, ditemui di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, kebakaran yang terjadi di BKPH Jogorogo KPH Lawu Ds sejak hari Minggu lalu sampai sekarang sulit diatasi karena terkendala oleh medan yang terjal dan angin bertiup kencang.
"Bahkan, luasan area yang terbakar kami prediksi sudah mencapai ratusan hektare," ujarnya.
Namun, jelas dia, lebih dari 500 orang personil yang terdiri dari petugas Perhutani dan masyarakat anggota LMDH telah dikerahkan untuk memadamkan api di kawasan itu. Akan tetapi, ada baiknya pemadaman api tersebut menunggu angin reda.
"Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuat ilaran guna mencegah kebakaran di Gunung Lawu menyebar ke hutan lain," katanya.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kebakaran memang diperlukan partisipasi aktif masyarakat di antaranya hati-hati dalam menggunakan api baik berupa puntung rokok, api unggun, maupun membakar sampah di wilayah sekitar hutan.
"Apalagi, rumput-rumput kering di hutan terutama saat kekeringan seperti sekarang mudah terbakar," katanya.
Ia melanjutkan, prinsip utama dalam penanganan kebakaran adalah mencegah lebih baik dari pada memadamkan. Kemudian, masyarakat harus segera memberitahu petugas perhutani terdekat apabila terjadi kebakaran hutan.
"Bahkan, masyarakat juga wajib aktif untuk ikut memadamkan kebakaran mengingat pemadaman yang paling efektif adalah saat kondisinya masih kecil. Jika api tersebut sudah kian besar maka pada umumnya upaya pemadaman menjadi sangat sulit," katanya.
Ia menyatakan, lokasi lain di Jawa Timur yang rawan kebakaran adalah KPH Kediri, Ngawi, Madiun, Tuban, Saradan, Mojokerto, Bondowoso, Padangan, Bojonegoro, dan Nganjuk. Untuk mencegahnya, saat ini personil Perhutani di semua KPH berada dalam kondisi siaga 24 jam mengantisipasi kebakaran.
"Kami juga sudah mendirikan posko di tempat strategis untuk memantau lokasi yang berpotensi mengalami kebakaran," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012