Oleh Risbiani Fardaniah Jakarta - Tidak disinggung sedikitpun, bahkan tidak satu kata pun keluar dari bibir Wakil Presiden Boediono tentang mobil murah atau "low cost and green car" (LCGC) pada pembukaan "Indonesia International Motor Show" (IIMS) ke-20 di Jakarta, Jumat (20/9). Padahal, kebijakan tentang LCGC sedang menjadi pembicaraan hangat, setelah Grup Astra bersama mitranya Toyota dan Daihatsu berani memperkenalkan Agya dan Ayla karya kolaborasi untuk mengikuti program murah. Mobil berkapasitas 998 cc itu diperkenalkan dalam ajang yang cukup besar, sehari sebelum IIMS yang berlangsung pada 20-30 September 2012 digelar. Digunakan kata "diperkenalkan" karena Astra bersama dua mitranya itu nampak masih malu-malu memasarkan mobil yang belum jelas akan dapat insentif dari program LCGC, karena kebijakan mengenai itu masih belum keluar. Grup Astra dan beberapa perusahaan otomotif yang berminat masuk ke program LCGC pasti berharap dan menunggu Wapres Boediono akan menyinggung soal LCGC pada pidato tadi pagi. Namun, dalam "kuliah" selama hampir 30 menit tersebut, Wapres tidak menyebut sedikitpun tentang mobil murah. Bahkan dalam 10 menit terakhir pidatonya yang terkait dengan otomotif, ia justru menekankan keinginan pemerintah untuk mendorong pemakaian gas bagi alat transportasi baik publik maupun pribadi. "Saya mendorong teman-teman di industri otomotif mempromosikan produk baru mereka dengan menggunakan gas," ujarnya. Wapres juga nampak lebih mendukung rencana pengeluaran kebijakan mobil beremisi rendah, baik untuk mobil hibrid maupun listrik. Ia bahkan menekankan pemerintah akan mendukung pengembangan mobil hibrid dengan kapasitas mesin yang kecil, sehingga bisa menjangkau konsumen yang lebih luas. "Bukan mobil hibrid mewah," ucapnya. Tidak ada sedikitpun Boediono menyinggung soal soal LCGC. Siap Sementara itu, sejumlah produsen otomotif lainnya diluar Grup Astra mengaku siap masuk ke program LCGC, bila pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang jelas, terutama terkait pemberian insentif yang menyertai pengembangan mobil tersebut. Presdir Mitsubishi Motor Corp Osamu Masuko mengatakan pihaknya menanti kebijakan detail tentang LCGC dari pemerintah Indonesia. Ia mengaku tertarik masuk ke segmen tersebut, karena potensi pasarnya cukup besar. "Selera konsumen di Indonesia telah berubah. Dulu Toyota Kijang menjadi acuan, sehingga kami juga ikut dengan memasarkan Mitsubishi Kuda," katanya. Kini, lanjut dia, masyarakat Indonesia cenderung tidak lagi dalam satu mobil, semua anak, pembantu, dan saudara ikut. "Konsumen Indonesia tidak lagi memiliki anak banyak," paparnya. Ia menilai pasar kendaraan kecil yang kompak bakal menjadi tren. Oleh karena itulah, pihaknya mendorong Mitsubishi Mirage sebagai ikon mobil kecil untuk bersaing dalam tren yang tengah berkembang itu. "Kalau ada kebijakan pemerintah tentang LCGC yang mirip dengan spesifikasi Mitsubishi Mirage, tentu kami akan mempertimbangkan Mirage menjadi LCGC, atau juga model lain," ujar Masuko. Oleh karena itu, ia menegaskan tidak tertutup kemungkinan Mitsubishi Mirage yang mengusung mesin 1.200 cc dirakit di Indonesia untuk memenuhi salah satu ketentuan LCGC yaitu mobil tersebut diproduksi di Indonesia dengan kandungan komponen lokal tertentu. Hal senada dikemukakan Wakil Direktur Nissan Motor Indonesia (NMI) Teddy Irawan. "Kami siap memproduksi kendaraan (LCGC) yang diinginkan," ujarnya. Namun, ia juga mengaku masih menunggu kebijakan yang jelas dari pemerintah, terutama terkait insentif pembebasan pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Menurut dia, hanya dengan paket insentif perpajakan maka harga mobil bisa menjadi lebih murah. Sementara itu, produsen mobil China yaitu Geely lebih berani mendeklarasikan salah satu mobil kecil warna merah yang dipamerkan di ajang IIMS 2012 sebagai LCGC dengan harga Rp98 juta per unit. "Saat ini kami memang masih mengimpor mobil tersebut dari China. Namun tidak tertutup kemungkinan kami akan memproduksinya di Indonesia, sesuai ketentuan pemerintah tentang LCGC," tukas Presdir PT Geely Mobil Indonesia Hosea Sanjaya. Potensi Besar Dalam lima tahun terakhir permintaan kendaraan kompak 1.500 cc ke bawah mengalami perkembangan yang cukup pesat, seiring dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) dan kebutuhan akan kendaraan yang irit namun nyaman dan enak dikendarai. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada 2006 penjualan kendaraan kompak tersebut baru mencapai 35.786 unit, kemudian tumbuh 25,4 persen menjadi 44.888 unit pada 2007, dan melonjak 72,2 persen menjadi 77.298 unit pada 2008. Pada 2009, permintaan turun menyusul krisis keuangan dunia yang berdampak pada ekonomi Indonesia, sehingga penjualan kendaraan kompak hanya menembus angka 42.866 unit. Namun pada 2010 permintaan kendaraan jenis itu bangkit kembali seiring dengan pulihnya permintaan otomotif nasional, sehingga penjualan kendaraan kompak naik sekitar 80 persen menjadi 77.252 unit. Pada 2011, penjualan segmen kendaraan 4x2 kompak itu kembali tumbuh dengan angka 24 persen menjadi 96.457 unit, dan pada Januari sampai Agustus 2012 penjualannya telah menembus angka 74.886 unit. Penjualan kendaraan kompak tersebut diyakini salah satu Ketua Gaikindo, Johnny Darmawan akan terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, lanjut dia, banyak para produsen mobil mulai masuk ke segmen ini dengan model-model terbaru mereka. Sebelum Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla, sejumlah produsen yang juga gencar masuk ke segmen ini adalah Honda melalui Brio dan Mitsubishi melalui Mirage yang diproduksi di Thailand. Pertumbuhan pasar di segmen ini, diperkirakan juga akan semakin tinggi dengan adanya mobil murah yang diinisiasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) lewat program LCGC untuk memperluas tingkat kepemilikan mobil di Indonesia yang kini baru mencapai 1:20. "Banyak pengendara sepeda motor juga ingin naik kelas, memiliki mobil dengan harga terjangkau, di bawah Rp100 juta per unit," tutur Johnny. Dengan harga dibawah Rp100 juta per unit maka konsumen bisa memiliki mobil dengan cicilan Rp2,5 juta per bulan selama tiga tahun. Namun setelah lebih dua tahun, paket kebijakan LCGC tersebut belum terlihat akan diluncurkan. Bahkan Wapres Boediono tidak juga menyentuh tataran itu dalam pidato pembukaan IIMS Jumat lalu. Meskipun Menperin MS Hidayat berusaha meyakinkan kalangan pelaku industri otomotif bahwa paket kebijakan itu akan segera dikeluarkan dalam tahun ini. Nampaknya, pemerintah tidak serius atau masih ragu mengembangkan LCGC di Indonesia yang sudah lebih dulu dikembangkan Thailand, meskipun pasar mobil kompak yang "murah" tersebut diperkirakan akan semakin berkembang di Indonesia. Akan kah pemerintah membiarkan pasar yang besar di negeri ini dinikmati negara lain?.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012