Jakarta - Menteri Pertanian menyatakan bahwa kebijakan Kementerian Pertanian untuk melakukan pembatasan pintu masuk produk hortikultura dari luar mampu menekan tingkat importasi komoditas buah dan sayur dari luar hingga 30 persen.
Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Minggu mengatakan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.15/2012 dan No. 16/2012, tentang pembatasan pelabuhan impor hortikultura yang dimulai 19 Juli 2012n pemerintah hanya mengizinkan empat pintu masuk untuk impor produk hortikultura dari sebelumnya delapan pelabuhan.
Empat pintu masuk yang dibuka untuk impor produk hortikultura yakni Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Belawan, Medan, dan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerangn sementara Pelabuhan Tanjung Priok sudah ditutup dengan alasan sudah terlalu padat.
"Sejak pemberlakuan pembatasan pintu masuk tersebut, hingga Agustus ini impor buah-buahan turun drastis sekitar 20 hingga 30 persen," katanya di sela Pencanangan Gerakan Peningkatan Konsumsi Buah dan Sayuran Nusantara Serta Penggunaan Jamu dan Buah Segar.
Acara yang digelar di Lapangan Silang Barat Monas dalam rangka kegiatan September Horti Ceria tersebut, antara lain dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi dan apresisasi masyarakat terhadap produk-produk hortikultura Nusantara serta meningkatkan citra produk hortikultura Nusantara.
Mentan menyatakan, dengan kondisi tersebut pihaknya optimistis impor produk hortikultura terutama buah dan sayur pada tahun ini lebih rendah dibandingkan 2011.
Menurut data Badan Pusat Statistik, lanjutnya, impor buah-buahan Indonesia mencapai 411,5 juta dolar AS atau setara Rp3,7 triliun.
Suswono mengakui, dalam lima tahun terakhir impor buah-buahan di Tanah Air cenderung meningkat, meskipun secara volume nisbi kecil dibandingkan produksi dalam negeri yakni hanya sekitar tujuh persen.
"Namun demikian, karena buah-buahan impor masuknya di pasar-pasar swalayan bahkan dipajang di gerai-gerai depan maka seolah-olah membanjiri pasar dalam negeri," paparnya.
Dia menyatakan, sebenarnya buah dan sayur lokal memiliki keunggulan dibandingkan produk serupa dari luar, karena proses pendistribusiannya lebih singkat waktunya dibandingkan komoditas impor yang sudah lama disimpan di gudang, bahkan ada yang diberikan perlakuan tertentu agar lebih awet melalui proses.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayuran lokal, pihaknya meminta pemerintah daerah maupun pasar-pasar modern lebih mengutamakan produk petani lokal dibandingkan komoditas impor.
Sementara itu, Ketua Dewan Hortikultura Indonesia, Benny Kusbini menyatakan, meskipun secara volume impor buah-buahan Indonesia hanya sekitar tujuh persen, namun efek berantainya terhadap usaha agribisnis buah-buahan nasional tetap negatif.
"Dampak impor buah-buahan tersebut tidak hanya menimpa petani dalam negeri, namun juga industri pendukungnya seperti pupuk, hingga ke pedagang," ucapnya.
Menurut dia, perlu diberikan edukasi terhadap masyarakat selaku konsumen buah-buahan maupun sayuran agar tidak hanya memilih produk dari segi harganya yang murah maupun besar ukurannya, namun juga memperhatikan kesegarannya.
Selain itu, tambahnya, harus dibangkitkan pula kecintaan terhadap buah-buahan lokal di kalangan masyarakat, sementara pemerintah daerah maupun pasar moderan agar tidak berlebihan memberi perlakuan istimewa terhadap buah impor. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012