Pamekasan, Petani buah melon di Desa Pakong, Pamekasan, Madura, gagal panen akibat kekeringan yang melanda wilayah itu. Hakim (35) salah seorang petani milon, Kamis, mengaku sekitar 1 hektare tanaman milon miliknya kini sudah layu dan sebagian ada yang mati mengering karena kekurangan air. "Ada juga tanaman melon yang mulai berbuah, tapi ya tetap dipanen karena airnya sudah tidak ada," kata Hakim. Warga Dusun Duko, Desa Pakong, Kecamatan Pakong, Pamekasan ini mengaku, gagalnya panen tanaman milon itu tidak hanya dialami oleh dirinya, akan tetapi para petani lain di desa itu. Hakim menuturkan, semula tanaman milon miliknya tumbuh dengan subur, saat persediaan air di sumur desa masih banyak. Namun sejak sebulan lalu, sumber mata air di sumur desanya mulai mengecil dan airnya hanya cukup untuk diminum dan kebutuhan memasak. "Sejak saat itu saya sudah tidak menyiram lagi tanaman milon. Wong untuk kebutuhan minum dan mandi saja terkadang tidak cukup," kata petani lain di dusun itu, Agus Subaidi. Sebagian warga di Desa Pakong ini sengaja menanam milon sebagai tanaman alternatif selain tembakau, atas anjuran Dinas Pertanian Pamekasan. Jumlah warga di desa itu yang menanam milon memang sangat sedikit, yakni hanya sekitar lima orang. Warga lainnya banyak yang lebih memilih menanam tembakau karena tergiur harga jual mahal pada musim tanam tahun lalu. "Ternyata, harga tembakau juga tidak menguntungkan. Harganya hanya belasan ribu rupiah," tutur Subairi. Sementara, akibat kekeringan itu, Hakim dan petani milon lainnya mengaku rugi puluhan juta rupiah. Padahal biaya yang dikeluarga untuk 1 hektare tanaman milon itu mencapai Rp15 juta. Menurut dia, biasa sebesar itu ia peroleh dengan berhutang ke bank dengan jaminan sertifikat rumah. Jika dalam kondisi normal, dengan modal sebesar Rp15 juta itu, mampu memproduksi tanaman milon seharga Rp20 juta. "Tapi sekarang kondisinya seperti ini, kami sudah tidak bisa berdaya. Saya belum tahu gimana cara bayarnya ini. Takut rumah disita oleh bank juga," katanya dengan nada lesu. Kepala Dinas Pertanian Pamekasan Isye Windarti mengakui, ketersediaan air memang menjadi faktor utama gagalnya berbagai jenis tanaman saat kemarau di Pamekasan. "Kita tidak bisa berbuat banyak. Ini kan memang faktor alam," kata Isye menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012