Kediri - Sejumlah petani di lereng Gunung Wilis (2552 mdpl) Kabupaten Kediri, mengeluhkan semakin minimnya pasokan air di areal pertanian mereka yang diduga disebabkan karena alih fungsi hutan di kawasan tersebut. "Pasokan air ke sawah kami sudah semakin berkurang. Saat ini, tanaman sudah hampir mati, layu semua," kata Muh Sahroni, salah seorang petani di Desa Kedak, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Rabu. Ia mengatakan, pasokan air berkurang drastis sejak beberapa bulan ini. Awalnya, sawah miliknya dengan sejumlah petani lainnya masih bisa mendapatkan air, namun selama dua bulan terakhir pasokan air sudah semakin berkurang. Ia menduga, berkurangnya pasokan air karena air dimanfaatkan oleh petani yang mengerjakan lahan Perhutani Kediri. Lahan itu menjadi alih fungsi, dari sebelumnya kawasan hutan, tapi sekarang banyak ditanami sayur. Beberapa tanaman di antaranya kubis, jagung, bawang merah, serta sejumlah tanaman lainnya. Selama ini, pera petani mengandalkan pasokan air dari sekitar sumber mata air di kawasan lereng Gunung Wilis itu, tapi karena areal perbukitan sudah terjadi alih fungsi hutan, pasokan air terhenti di tempat itu. Roni juga mengaku sudah berusaha membuat sumur sendiri, namun air tidak kunjung keluar. Tanaman padi maupun kacang tanah miliknya terancam mati kekeringan jika tidak segera diperhatikan masalah pengelolaan air ini. Pihaknya menyebut, bukan hanya warga Desa Kedak yang merasakan dampak dari alih fungsi hutan itu, melainkan hingga Desa Titik dan Desa Semen, Kecamatan Semen. Seluruh desa itu, untuk saluran irigasi mengandalkan pasokan air dari Gunung Wilis yang turun lewat Sungai Kedak. Luas lahan yang digunakan untuk pertanian lebih dari 300 hektare. Ia sudah melaporkan hal ini ke Perhutani Kediri maupun Pemkab Kediri, tapi sampai saat ini belum ada tindakan lebih tegas. Bahkan, pihaknya mengancam akan unjuk rasa dengan mengajak warga, jika permintaan mereka tidak diperhatikan. "Kami sangat kesulitan dengan masalah itu (alih fungsi hutan). Luasnya juga banyak lebih dari 20 hektare," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012