Jombang - Ny Chalimah (90), ibunda budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa dengan Cak Nun wafat dan jenazahnya akan dimakamkan di pemakaman Desa Menturo, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. "Beliau memang sudah sepuh, dan sakitnya karena memang sudah sepuh. Wafatnya tadi pagi, sekitar pukul 07.30 WIB," kata Setio Pramono, salah seorang kerabat, di Jombang, Sabtu. Ia mengatakan, saat ini sejumlah keluarga dan tetangga sudah berdatangan ke rumah duka. Mereka memberikan penghormatan terakhir kepada ibunda Cak Nun, Nyonya Chalimah sebelum dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) di desa tempat tinggalnya. Setio juga mengungkapkan, saat ini keluarga juga masih menunggu kedatangan rombongan dari Cak Nun, putranya. Anak ke empat dari 15 bersaudara itu diperkirakan tiba di rumah sekitar pukul 10.00 WIB. Ia mengatakan, sejauh ini masih belum terlihat kedatangan para tokoh baik Jatim atau nasional. Namun, beberapa karangan bunga yang diberikan oleh muspida maupun unsur dari kepolisian sudah berada di rumah duka. Cak Nun dilahirkan di Jombang, pada 27 mei 1953. Ayahnya bernama Muhammad Lathief, seorang petani dan kiai surau. Ayahnya merupakan tokoh yang cukup disegani di daerahnya, begitu juga dengan ibundanya, Chalimah. Cak Nun pernah belajar di Pondok Pesantren Modern Gontor, dan menempuh pendidikan di Fakultas Filsafat UGM namun tidak tamat. Suami dari Novia Kolopaking ini adalah seorang tokoh yang memiliki banyak predikat, seperti budayawan, kolumnis, sampai seniman. Bahkan, tidak sedikit yang menjulukinya sebagai "kiai mbeling". Ia juga seorang sastrawan yang terkenal sangat produktif menulis. Puluhan buku, puisi, maupun tulisan lainnya dihasilkannya. Pada Juni 1998, Cak Nun mandirikan Grup Musik Kyai Kanjeng. Rata-rata 10-15 kali per bulan berkeliling ke berbagai wilayah Nusantara, dengan acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Di samping itu, secara rutin (bulanan) bersama komunitas "Masyarakat Padang Bulan", aktif mengadakan pertemuan sosial melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, sampai pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat. Dalam berbagai forum komunitas Masyarakat Padang Bulan itu, pembicaraan mengenai pluralisme sering muncul. Berkali-kali Cak Nun yang menolak dipanggil kiai itu meluruskan pemahaman mengenai konsep yang ia sebut sebagai manajemen keberagaman. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012