Surabaya - Dua mahasiswa ITS menjadi bagian dari delapan mahasiswa Indonesia yang terpilih mengikuti Olimpiade Matematika Internasional atau "International Mathematical Olympiad" (IMO) di Bulgaria, 26 Juli - 1 Agustus 2012.
"Saya sudah tiga kali ini ikut, tapi tahun ini ada adik kelas yang juga terpilih, sehingga dari ITS ada dua peserta. Dari Indonesia ada delapan mahasiswa yang terseleksi dari 25 mahasiswa," kata mahasiswa F-MIPA ITS, Satria Stanza, kepada ANTARA di Surabaya, Selasa.
Selain Satria Stanza yang berasal dari angkatan 2008 adalah Kristoful Fahim dari angkatan 2009. Satria menghadiri pelepasan 41 tim PIMNAS XXV, Olimpiade Matematika Internasional, dan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat nasional.
Di sela-sela pelepasan yang dilakukan Rektor ITS Prof Ir Triyogi Yuwono DEA itu, ia menjelaskan dirinya tidak melakukan persiapan khusus, karena dua kali pengalaman mengikuti olimpiade itu menunjukkan soal yang diujikan tidak jauh berbeda.
"Tapi, saya sendiri hanya bisa mengerjakan 2-3 soal, sedangkan pemenangnya bisa mengerjakan sembilan soal dan bahkan hampir sepuluh soal terselesaikan. Peserta yang bagus itu dari Israel, Polandia, Iran, dan Rusia," paparnya.
Namun, katanya, kategori olimpiade matematika itu cukup banyak mulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, sehingga Indonesia pernah mendapatkan satu emas dan pernah pula satu perak. "Medali emas saja ada 50-an," ucapnya.
Sementara itu, untuk ajang PIMNAS yang akan berlangsung di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada 9-13 Juli, ITS mengirimkan 41 tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak secara nasional, lalu disusul Institut Pertanian Bogor (IPB) sebanyak 31 PKM dan Universitas Gadjah Mada (UGM) 27 PKM.
Untuk Mawapres perwakilan ITS yang akan bertarung di tingkat nasional adalah Tyas Ajeng Nastiti, mahasiswa jurusan Desain Produk Industri (Despro) angkatan 2008.
Dalam pertarungan pada 13 Juli itu, Mawapres perwakilan harus menyerahkan karya tulis yang nantinya dipresentasikan di hadapan juri.
Selain itu, dia juga harus menjalani psikotes, diskusi bersama mawapres lainnya, presentasi dan diskusi dalam bahasa Inggris, serta validasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi-prestasi yang telah diraih mahasiswa tersebut.
"Anda semua sudah menjadi juara di ITS, karena itu ITS tidak pernah menuntut para mahasiswanya untuk menjadi pemenang, tapi kalau bisa menjadi juara, berarti luar biasa," ujar Rektor ITS Prof Triyogi.
Selain itu, Guru Besar Teknik Mesin itu berpesan agar semua tim tetap berusaha yang terbaik, sedangkan hasilnya diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan. "Jangan arogan, karena arogan itu membuat lalai dan kurang teliti," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012