Damaskus (ANTARA/Xinhua-OANA) - Pada malam menjelang pertemuan NATO yang diserukan oleh Turki guna membahas penembakan pesawatnya oleh Suriah, hubungan antara kedua negara bertetangga berada di tebing berbahaya. Sementara itu masyarakat internasional menyeru kedua negara agar menahan diri dan menghindari pamer kekuatan militer. Turki telah mengatakan Suriah, Jumat (22/6), menembak-jatuh pesawat militer Ankara di wilayah udara internasional dan Turki akan secara resmi berkonsultasi dengan sekutunya di NATO mengenai apa reaksi yang mesti diberikannya. Utusan dari negara anggota NATO dijadwalkan bertemu di Brussels, Selasa, guna membahas masalah itu, di tengah harapan yang sangat rendah bahwa organisasi tersebut akan mendorong aksi militer terhadap Suriah. Sejak ditembak-jatuhnya jet itu pada Jumat, Suriah telah menyatakan jet tersebut melanggar wilayah udaranya dan menyatakan Damaskus takkan mentoleransi pelanggaran atas kedaulatannya. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, Jihad Makdissi mengatakan selama satu taklimat pada Senin (25/6) reaksi Suriah "adalah pembelaan diri ... sebab jet Turki itu melanggar kedaulatan Suriah". Ia juga membantah pernyataan Turki bahwa pesawat tersebut ditembak-jatuh di wilayah udara internasional dan bukan di dalam wilayahnya, sebagaimana pernyataan Damaskus. Seorang ahli militer Suriah mengatakan kepada media lokal bahwa tindakan Turki itu memiliki maksud buruk, sehingga menimbulkan spekulasi bahwa pesawat tersebut sedang menjalankan misi mata-mata, demikian laporan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa. Juga ada dugaan bahwa pesawat itu mungkin telah memperoleh keterangan dari oposisi Suriah bahwa Presiden Bashar al-Assad berakhir pekan di istana presiden di daerah tersebut. "(Jet) itu ingin memperoleh akses ke daerah istana, tampaknya untuk mengirim pesan khusus kepada pemerintah," katanya. Seorang pengulas Suriah, Hamdi Abdullah, sependapat bahwa jet tersebut sedang melaksanakan misi mata-mata. Ia mengutip pernyataan beberapa sumber Turki yang menyatakan pesawat itu dikirim untuk memata-matai sistem radar Suriah di daerah Latakia, Laut Tengah. Ia juga mengatakan pertemuan NATO diserukan berdasarkan Piagam Ke-4, yang membatasi pembahasan masalah, bukan untuk menetapkan serangan sebagaimana Piagam Ke-5. Turki, yang telah menyatakan takkan membalas sebelum pertemuan NATO, telah melontarkan sejumlah ancaman terhadap Damaskus dan menekankan masalah tersebut takkan berlalu tanpa balasan. Juru bicara pemerintah Turki, Senin, mengatakan peristiwa penembakan pesawat tersebut takkan berlalu tanpa hukuman. Dalam peningkatan lain dalam percekcokan kedua negara bertetangga itu, Perdana Menteri Turki Bulent Arinc menyatakan satu lagi jet Turki ditembak-jatuh sewaktu mencari puing pesawat pertama. Turki tampaknya sudah bertekad untuk melakukan tindakan pembalasan terhadap Damaskus.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012