Surabaya -Pemerhati Satwa Singky Soewadji menilai usulan Gubernur Jawa Timur Soekarwo tentang rencana pengembangan lahan konservasi sangat masuk akal. "Kalau lahan konservasi dikembangkan, itu sebuah ide cemerlang. Ini untuk mengurangi satwa di KBS yang tidak sesuai. Jadi selain ada di KBS, juga ada di tempat lain," katanya, Senin. Ia tidak memungkiri bahwa lahan konservasi di KBS sudah tidak layak akibat "over" populasi. Singky menilai, sistem konservasi yang saat ini dipakai di KBS bukan manajemen konservasi, melainkan manajemen peternakan. Menurut dia, tidak bisa satwa yang menjadi penghuni KBS dikatakan berhasil ketika beternak, tanpa ada pengembangan sistem konservasinya. "Seharusnya manajemen harus banyak belajar tentang sistem konservasi dan tidak menyamakannya dengan sistem peternakan, sebab sangat berbeda sekali," tuturnya. Singky juga berharap, lahan konservasi tidak hanya dilakukan di satu titik, tetapi di beberapa daerah lainnya. Karena itu pihaknya mengusulkan gubernur sebagai penguasa daerah dapat memilih lokasi-lokasi yang tepat dijadikan lahan konservasi. Sebelumnya, Soekarwo mengatakan lahan konservasi satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS) akan dikembangkan ke daerah lain, salah satunya di kawasan Puspa Agro di Jemundo, Sidoarjo. "Saya memiliki rencana kesana. Kebetulan di kawasan Puspa Agro ada kelebihan lahan sekitar lima hektare. Jadi disana bisa dimanfaatkan sebagai lahan konservasi," ujar Soekarwo kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin. Ia menilai, lahan konservasi sudah tidak layak digunakan di KBS semuanya. Di samping lokasi kandang yang tidak memungkinkan, satwa di KBS juga sudah melebihi kapasitas atau "over" populasi. Gubernur mencontohkan salah satu satwanya yakni Burung Pelikan yang jumlahnya tidak sesuai dengan kandangnya. Burung yang memiliki kantung di bawah paruhnya tersebut jumlahnya sangat banyak sehingga menyulitkan terbang.

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012