Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengakuisisi sembilan judul film dokumenter karya mahasiswa Program Studi Televisi dan Film (PSTF) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember (Unej) melalui Program Akuisisi Pengetahuan Lokal (APL).
"Awalnya BRIN menggelar sosialisasi tentang APL kepada perguruan tinggi yang memiliki prodi atau jurusan film dan menyikapi peluang itu, saya menyampaikan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi," kata Kaprodi PSTF FIB Unej Zamroni di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu.
Menurutnya, program tersebut merupakan peluang yang cukup bagus karena di PSTF memiliki mata kuliah film dokumenter, sehingga pihaknya meminta para mahasiswa untuk berpartisipasi dalam APL dengan mengirimkan karya film dokumenter mereka untuk dikurasi oleh tim BRIN.
"Sembilan film mahasiswa PSTF yang dikerjakan secara berkelompok oleh lebih dari 70 mahasiswa dinyatakan lolos setelah berkompetisi dengan film-film dari seluruh Indonesia," tuturnya.
Sembilan film yang lolos kurasi BRIN adalah Wastra Abadi: Batik Toples Kemiren; Udeng: Historical Side of Tengger; The Majestic of Kentongan Jember; Story of Sema; Saulak: Melawan Modernisasi; Pluralisme Umat Kristiani dalam Budaya Madura; Landhung: Dua Warisan Satu Tarian; Baja Merah di Tanah Bayuangga; dan Tari Lengger Jemberan: The Warrior of Culture.
"Kesemua film tersebut bercerita tentang ragam budaya lokal di wilayah Tapal Kuda hingga Bali. Distribusi oleh BRIN akan memperluas jangkauan karya dokumenter mahasiswa sehingga masyarakat bisa mendapatkan literasi budaya," katanya.
Zamroni menjelaskan akuisisi BRIN kepada sembilan film dokumenter karya mahasiswa itu merupakan capaian yang sangat positif karena bisa menempatkan karya-karya mahasiswa PSTF FIB Unej dalam kancah nasional bidang akademik dan karya kreatif.
Perwakilan kreator dari masing-masing film yang lolos menerima insentif dari BRIN dengan besaran variatif mulai Rp6 juta hingga Rp12 juta. Jumlah tersebut tentu cukup membantu para mahasiswa untuk mengganti biaya produksi serta memberikan semangat kepada mereka untuk terus mengembangkan karya dokumenter tentang budaya lokal.
Salah satu perwakilan kreator film dokumenter, Muhammad Bintang mengatakan APL BRIN itu merupakan program yang memberikan dampak sangat positif, khususnya menghadirkan semangat bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan kreativitas dalam membuat dokumenter tentang budaya lokal.
"Sebelumnya, kami hanya mengerjakan tugas untuk memenuhi tuntutan perkuliahan. Akuisisi BRIN yang memberikan insentif kepada kami, tentu cukup menyenangkan. Yang terpenting, kami lebih bersemangat untuk membuat dokumenter tentang budaya lokal," katanya.
Program APL merupakan upaya BRIN untuk mendapatkan dan mendistribusikan berbagai konten pengetahuan lokal dalam bentuk buku dan karya audiovisual.
Melalui akuisisi, BRIN memberikan sejumlah insentif bagi penulis dan kreator yang karyanya lolos dan diakuisisi, kemudian karya-karya tersebut akan disebarluaskan dan menjadi sumber literasi yang terbuka untuk diakses dan dimanfaatkan masyarakat melalui kanal publik yang dikelola oleh BRIN.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Awalnya BRIN menggelar sosialisasi tentang APL kepada perguruan tinggi yang memiliki prodi atau jurusan film dan menyikapi peluang itu, saya menyampaikan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi," kata Kaprodi PSTF FIB Unej Zamroni di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu.
Menurutnya, program tersebut merupakan peluang yang cukup bagus karena di PSTF memiliki mata kuliah film dokumenter, sehingga pihaknya meminta para mahasiswa untuk berpartisipasi dalam APL dengan mengirimkan karya film dokumenter mereka untuk dikurasi oleh tim BRIN.
"Sembilan film mahasiswa PSTF yang dikerjakan secara berkelompok oleh lebih dari 70 mahasiswa dinyatakan lolos setelah berkompetisi dengan film-film dari seluruh Indonesia," tuturnya.
Sembilan film yang lolos kurasi BRIN adalah Wastra Abadi: Batik Toples Kemiren; Udeng: Historical Side of Tengger; The Majestic of Kentongan Jember; Story of Sema; Saulak: Melawan Modernisasi; Pluralisme Umat Kristiani dalam Budaya Madura; Landhung: Dua Warisan Satu Tarian; Baja Merah di Tanah Bayuangga; dan Tari Lengger Jemberan: The Warrior of Culture.
"Kesemua film tersebut bercerita tentang ragam budaya lokal di wilayah Tapal Kuda hingga Bali. Distribusi oleh BRIN akan memperluas jangkauan karya dokumenter mahasiswa sehingga masyarakat bisa mendapatkan literasi budaya," katanya.
Zamroni menjelaskan akuisisi BRIN kepada sembilan film dokumenter karya mahasiswa itu merupakan capaian yang sangat positif karena bisa menempatkan karya-karya mahasiswa PSTF FIB Unej dalam kancah nasional bidang akademik dan karya kreatif.
Perwakilan kreator dari masing-masing film yang lolos menerima insentif dari BRIN dengan besaran variatif mulai Rp6 juta hingga Rp12 juta. Jumlah tersebut tentu cukup membantu para mahasiswa untuk mengganti biaya produksi serta memberikan semangat kepada mereka untuk terus mengembangkan karya dokumenter tentang budaya lokal.
Salah satu perwakilan kreator film dokumenter, Muhammad Bintang mengatakan APL BRIN itu merupakan program yang memberikan dampak sangat positif, khususnya menghadirkan semangat bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan kreativitas dalam membuat dokumenter tentang budaya lokal.
"Sebelumnya, kami hanya mengerjakan tugas untuk memenuhi tuntutan perkuliahan. Akuisisi BRIN yang memberikan insentif kepada kami, tentu cukup menyenangkan. Yang terpenting, kami lebih bersemangat untuk membuat dokumenter tentang budaya lokal," katanya.
Program APL merupakan upaya BRIN untuk mendapatkan dan mendistribusikan berbagai konten pengetahuan lokal dalam bentuk buku dan karya audiovisual.
Melalui akuisisi, BRIN memberikan sejumlah insentif bagi penulis dan kreator yang karyanya lolos dan diakuisisi, kemudian karya-karya tersebut akan disebarluaskan dan menjadi sumber literasi yang terbuka untuk diakses dan dimanfaatkan masyarakat melalui kanal publik yang dikelola oleh BRIN.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024