Bojonegoro - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jatim, menyatakan siaga I menghadapi ancaman banjir Bengawan Solo yang ketinggian airnya di Bojonegoro pada Jumat sekitar pukul 06.00 WIB mencapai 13,10 meter. "Air Bengawan Solo di Bojonegoro cukup tinggi sehingga mulai diberlakukan siaga I sejak pukul 06.00 WIB. Tapi di daerah Ngawi sekarang ini banjir mulai surut," kata Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Suyono, Jumat. Menurut dia, dengan surutnya luapan Bengawan Solo di Ngawi, pengaruh banjir kiriman tersebut, diperkirakan tidak banyak mempengaruhi naiknya air Bengawan Solo di daerah hilir Bojonegoro. Selain tidak ada tambahan air dari anak sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, juga di daerah hulu Jateng, juga tidak menimbulkan banjir. Berdasarkan data, ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi, mencapai puncaknya dengan ketinggian 7,42 meter (siaga II), Kamis (5/4) pukul 21.00 WIB. Selanjutnya, ketinggian air di Ngawi tersebut berangsur-angsur surut menjadi 6,52 meter (siaga I), Jumat pukul 06.00 WIB. Sementara itu, ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer ke arah hulu dari Kota Bojonegoro, ketinggian air Bengawan Solo mencapai 26,68 meter, Jumat pukul 06.00 WIB."Pemantauan ketinggian air di Bojonegoro, kita lakukan setiap jam sekali, karena sudah masuk siaga banjir, tapi di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, tiga jam sekali," katanya menjelaskan. Kasi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Sutardjo menyatakan, kewaspadaan menghadapi kemungkinan ancaman banjir luapan Bengawan Solo, juga anaknya sungainya dan bencana lainnya, tetap berjalan. Hanya saja, lanjutnya, pemantauan bencana dilakukan intern BPPD. Sebab, posko bersama bencana yang pernah berjalan, sejak Januari, dengan melibatkan berbagai pihak, sudah berakhir pada 22 Maret."Kalau memang ada kejadian bencana yang luar biasa, tim penanggulangan bencana yang sudah terbentuk bisa dipanggil sewaktu-waktu," kata Kepala BPBD Bojonegoro, Kasiyanto, menambahkan. Sutardjo menambahkan, dari hasil rekapitulasi yang dilakukan, kejadian berbagai bencana yang terjadi di daerah setempat, selama 2011 , menimbulkan kerugian sedikitnya mencapai Rp12 miliar. Kejadian bencana yang terjadi di antaranya, dua kali banjir luapan Bengawan Solo, 14 kejadian banjir bandang, beberapa kali tanah longsor dan kejadian bencana lainnya. "Hasil rekapitulasi kejadian dan kerugian akibat bencana ini, akan kami sampaikan dalam rapat koordinasi bencana di Pemprov Jatim," katanya, menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012