Yerusalem, 2/4 (ANTARA/Reuters) - Prajurit Israel menembak mati seorang pejuang Palestina yang dicurigai berusaha memasang bom di bawah sebuah pagar perbatasan Gaza, demikian diumumkan militer Israel, Minggu.
Pasukan hari Minggu menemukan mayat pria itu beserta sebuah senapan serang, kata seorang juru bicara militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Belum ada kelompok pejuang di wilayah Gaza yang dikuasai Hamas mengklaim bertanggung jawab atas insiden itu, yang kata Israel berlangsung pada Sabtu malam.
Perbatasan yang tegang umumnya tenang sejak gencatan senjata sponsoran Mesir meredam kekerasan yang meletus bulan lalu, ketika serangan-serangan udara Israel di Gaza menewaskan 25 orang Palestina dan pejuang Gaza menembakkan ratusan roket ke Israel.
Pertumpahan darah mulai terjadi Jumat sore (9/3) ketika serangan udara Israel menewaskan pemimpin Komite Perlawanan Rakyat (PRC) Zohair al-Qaisi, yang dituduh merencanakan, mendanai dan mengarahkan" serangan lintas-batas mematikan ke Israel dari Sinai Mesir pada Agustus lalu, dan juga operasi-operasi lain.
Pembunuhan pemimpin PRC itu menyulut peningkatan tajam kekerasan lintas batas, dimana 15 warga Gaza tewas dalam serangan Israel dan lebih dari 100 roket ditembakkan pejuang Gaza ke Israel.
Insiden itu merupakan masa 24 jam paling mematikan di dan sekitar Gaza dalam waktu lebih dari tiga tahun.
Sejak itu Israel melancarkan serangan-serangan udara yang menewaskan 25 orang, sebagian besar pejuang Palestina.
Ratusan roket pejuang Palestina dari Gaza juga menghantam wilayah Israel selama kekerasan itu.
Pada Desember 2011, delapan orang tewas dalam serangkaian serangan udara Israel, enam diantaranya gerilyawan.
Kekerasan berlangsung di dan sekitar Gaza pada November namun tidak memburuk ke tingkatan seperti yang terjadi pada 29-30 Oktober yang menewaskan 12 gerilyawan Palestina dan seorang warga Israel.
Kelompok-kelompok pejuang Palestina menyatakan, mereka melaksanakan gencatan senjata yang ditengahi Mesir namun akan membalas jika diserang Israel.
Daerah sekitar perbatasan Gaza relatif tenang selama beberapa pekan setelah gelombang kekerasan pasca serangan gerilya 18 Agustus di Israel selatan yang menewaskan delapan orang Israel.
Para pejabat Israel mengatakan, pelaku serangan itu berasal dari Jalur Gaza dan menyeberang ke wilayahnya dekat kota pesisir Laut Merah Eilat melalui Semenanjung Sinai Mesir.
Lima personel keamanan Mesir dan tujuh orang bersenjata juga tewas dalam kekerasan pada hari itu.
Suasana memanas antara Hamas dan Israel sejak serangan lintas-batas itu. Sejumlah orang Palestina tewas dalam gempuran-gempuran udara Israel ke Gaza setelah itu.
Bulan Juli terjadi kenaikan dalam serangan roket dan proyektil lain yang ditembakkan dari Gaza ke Israel, mengakhiri bulan-bulan tenang setelah meletusnya kekerasan pada April ketika sebuah rudal anti-tank menghantam bis sekolah Israel, yang menewaskan seorang remaja.
Israel membalas serangan itu dengan gempuran udara yang menewaskan sedikitnya 19 orang Palestina dalam kekerasan mematikan sejak ofensif 22 hari di Gaza pada Desember 2008 hingga Januari 2009. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012