Selepas waktu magrib, sekitar pukul 18.30 WIB, warga mulai berdatangan ke Desa Adat Osing Kemiren di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Tidak hanya warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, warga desa lain juga berdatangan untuk menghadiri agenda tahunan, yakni "Festival Ngopi Sepuluh Ewu" (minum kopi 10.000 cangkir).
Deretan rumah warga di desa adat itu diubah menjadi warung kopi dadakan. Di teras-teras rumah yang diubah menjadi area lesehan. Selain ada meja-meja dan kursi klasik, warga menyuguhkan kopi dalam cangkir-cangkir kuno yang diwariskan secara turun-temurun.
Para wisatawan lokal dan mancanegara disambut dengan beragam pilihan kopi, mulai dari kopi arabika dan robusta, hingga house blend khas racikan warga Desa Adat Kemiren yang merupakan pusat budaya Suku Osing (penduduk asli Banyuwangi).
Pengunjung pun tampak menikmati kopi suguhan warga Desa Adat Osing Kemiren di sepanjang jalan desa, maupun di teras-teras rumah warga.
Sembari ngopi, suara lagu Banyuwangi-an diiringi alat musik tradisional gamelan, menambah suasana semakin nyaman.
Difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, atraksi seni dan budaya Desa Adat Osing Kemiren pun menjadi suguhan bagi ribuan pengunjung yang hadir dalam acara Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang rutin digelar tiap tahun.
Tiap tahun, warga Desa Kemiren memperingati hari jadi desanya dengan menggelar berbagai atraksi seni dan budaya Osing.
Tradisi ngopi ini rutin digelar sejak 2014 dan telah menjadi agenda yang dinanti para wisatawan. Ribuan orang selalu memadati perayaan tradisi ngopi warga Suku Osing di desa itu.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Adat Osing Kemiren mencatat, selain ribuan wisatawan Nusantara, ada puluhan wisatawan mancanegara menghadiri "Festival Ngopi Sepuluh Ewu" pada tahun ini.
Ketua Pokdarwis Desa Adat Osing Kemiren Moh Edi Saputro mencatat wisatawan lokal datang dari berbagai daerah lain, seperti Jakarta, Bali, Surabaya, dan kabupaten tetangga lainnya.
Sementara puluhan wisatawan mancanegara, umumnya berasal dari Eropa. Mereka menyempatkan datang ke Desa Kemiren dan saat bersamaan menjajaki wisata lain di Banyuwangi.
Warga desa yang sebagian besar Suku Osing Banyuwangi ini memiliki tradisi ngopi, karena kopi menjadi semacam suguhan wajib kepada tamu saat berkunjung ke rumah warga desa adat itu.
Fetisival ngopi ini juga menjadi cara ampuh untuk mempromosikan wisata budaya di setiap daerah dengan cara-cara kreatif dan edukatif, serta interaktif.
Dengan metode pendekatan kreatif ini, suatu daerah mampu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Program pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Kemiren, mempromosikan wisata budaya dengan menggelar kegiatan budaya tahunan, mulai dari pertunjukan tari tradisional, masakan tradisional, maupun festival budaya.
Tidak hanya kopi, warga desa adat itu juga menyajikan aneka jajanan tradisional, untuk melengkapi dan menemani momen kebersamaan.
Tradisi ngopi 10.000 cangkir ini, bagi warga lokal Banyuwangi juga menjadi ajang kumpul bareng bersama kawan lama dan menjadi wadah acara temu kangen bersama teman sekolah dan lainnya.
Budaya masyarakat Osing adalah memuliakan tamu. Warga Desa Adat Kemiren menganggap siapa saja yang datang bertamu, diperlakukan seperti keluarganya sendiri.
Tradisi ngopi ini juga menjadi bagian dari Banyuwangi Festival. Bukan sekadar acara minum kopi bersama, melainkan menjadi ajang unjuk nilai luhur masyarakat Osing bagi masyarakat luas.
Festival ngopi ini merupakan sebuah pertunjukan budaya yang menggambarkan keramahan dan kemurahan hati masyarakat Osing, sekaligus mempererat rasa persaudaraan antarwarga.
Warga Desa Adat Osing Kemiren, tahun ini memperingati Hari Jadi ke-167 desa itu, yakni pada 5 November, dengan menggelar beragam atraksi yang kental budaya Osing.
Pada hari jadi tahun ini sengaja ditampilkan semua potensi dan kekayaan tradisi Kemiren, sebagai upaya pelestarian budaya, sekaligus mendongkrak perekonomian warga.
Dengan terus mengenalkan tradisi desa, harapannya semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke desa yang letaknya tidak jauh dari pusat Kota Banyuwangi itu.
Desa Adat Kemiren ini merupakan daerah tujuan wisata yang lengkap. Desa ini memiliki keindahan alam, kesenian yang menawan, kebudayaan yang terus dijaga turun temurun.
Desa Kemiren juga telah memperoleh sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan pada 2021 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Datang ke desa ini, wisatawan akan disuguhi daya tarik wisata yang beragam, seperti edukasi, kuliner, dan budaya.
Adanya pasar Kampung Osing, warung makan Pesantogan Kemangi dan kawasan rumah adat Osing, cukup memanjakan wisatawan.
Baru-baru ini, Desa Wisata Adat Osing Kemiren juga meraih juara 2 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 dari Kementerian Pariwisata, kategori Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM).
ADWI merupakan ajang pemberian penghargaan bagi desa-desa wisata yang memiliki prestasi, dengan kriteria-kriteria penilaian dari Kementerian Pariwisata.
Desa Kemiren meraih penghargaan ADWI 2024 karena dinilai berhasil memperkuat ekosistem pemberdayaan SDM di desanya untuk meningkatkan lapangan kerja dan perekonomian warga.
Bukan hanya masyarakat setempat yang bersemangat menyambut wisatawan dengan suguhan budaya, pemerintahan desa, selama ini juga memberikan pelatihan manajemen tata kelola pariwisata bagi para pemilik homestay dan pelaku usaha pariwisata yang lain, sehingga usaha yang mereka jalankan bisa terus tumbuh dan berkelanjutan.
Memelihara budaya, bukan hanya menghormati warisan leluhur dan melestarikan kekayaan tradisi lokal. Masyarakat Kemiren telah menunjukkan bahwa upaya memelihara kekayaan budaya juga menjadi tumpuan masa depan, khususnya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Tidak hanya warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, warga desa lain juga berdatangan untuk menghadiri agenda tahunan, yakni "Festival Ngopi Sepuluh Ewu" (minum kopi 10.000 cangkir).
Deretan rumah warga di desa adat itu diubah menjadi warung kopi dadakan. Di teras-teras rumah yang diubah menjadi area lesehan. Selain ada meja-meja dan kursi klasik, warga menyuguhkan kopi dalam cangkir-cangkir kuno yang diwariskan secara turun-temurun.
Para wisatawan lokal dan mancanegara disambut dengan beragam pilihan kopi, mulai dari kopi arabika dan robusta, hingga house blend khas racikan warga Desa Adat Kemiren yang merupakan pusat budaya Suku Osing (penduduk asli Banyuwangi).
Pengunjung pun tampak menikmati kopi suguhan warga Desa Adat Osing Kemiren di sepanjang jalan desa, maupun di teras-teras rumah warga.
Sembari ngopi, suara lagu Banyuwangi-an diiringi alat musik tradisional gamelan, menambah suasana semakin nyaman.
Difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, atraksi seni dan budaya Desa Adat Osing Kemiren pun menjadi suguhan bagi ribuan pengunjung yang hadir dalam acara Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang rutin digelar tiap tahun.
Tiap tahun, warga Desa Kemiren memperingati hari jadi desanya dengan menggelar berbagai atraksi seni dan budaya Osing.
Tradisi ngopi ini rutin digelar sejak 2014 dan telah menjadi agenda yang dinanti para wisatawan. Ribuan orang selalu memadati perayaan tradisi ngopi warga Suku Osing di desa itu.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Adat Osing Kemiren mencatat, selain ribuan wisatawan Nusantara, ada puluhan wisatawan mancanegara menghadiri "Festival Ngopi Sepuluh Ewu" pada tahun ini.
Ketua Pokdarwis Desa Adat Osing Kemiren Moh Edi Saputro mencatat wisatawan lokal datang dari berbagai daerah lain, seperti Jakarta, Bali, Surabaya, dan kabupaten tetangga lainnya.
Sementara puluhan wisatawan mancanegara, umumnya berasal dari Eropa. Mereka menyempatkan datang ke Desa Kemiren dan saat bersamaan menjajaki wisata lain di Banyuwangi.
Warga desa yang sebagian besar Suku Osing Banyuwangi ini memiliki tradisi ngopi, karena kopi menjadi semacam suguhan wajib kepada tamu saat berkunjung ke rumah warga desa adat itu.
Fetisival ngopi ini juga menjadi cara ampuh untuk mempromosikan wisata budaya di setiap daerah dengan cara-cara kreatif dan edukatif, serta interaktif.
Dengan metode pendekatan kreatif ini, suatu daerah mampu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Program pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Kemiren, mempromosikan wisata budaya dengan menggelar kegiatan budaya tahunan, mulai dari pertunjukan tari tradisional, masakan tradisional, maupun festival budaya.
Tidak hanya kopi, warga desa adat itu juga menyajikan aneka jajanan tradisional, untuk melengkapi dan menemani momen kebersamaan.
Tradisi ngopi 10.000 cangkir ini, bagi warga lokal Banyuwangi juga menjadi ajang kumpul bareng bersama kawan lama dan menjadi wadah acara temu kangen bersama teman sekolah dan lainnya.
Budaya masyarakat Osing adalah memuliakan tamu. Warga Desa Adat Kemiren menganggap siapa saja yang datang bertamu, diperlakukan seperti keluarganya sendiri.
Tradisi ngopi ini juga menjadi bagian dari Banyuwangi Festival. Bukan sekadar acara minum kopi bersama, melainkan menjadi ajang unjuk nilai luhur masyarakat Osing bagi masyarakat luas.
Festival ngopi ini merupakan sebuah pertunjukan budaya yang menggambarkan keramahan dan kemurahan hati masyarakat Osing, sekaligus mempererat rasa persaudaraan antarwarga.
Warga Desa Adat Osing Kemiren, tahun ini memperingati Hari Jadi ke-167 desa itu, yakni pada 5 November, dengan menggelar beragam atraksi yang kental budaya Osing.
Pada hari jadi tahun ini sengaja ditampilkan semua potensi dan kekayaan tradisi Kemiren, sebagai upaya pelestarian budaya, sekaligus mendongkrak perekonomian warga.
Dengan terus mengenalkan tradisi desa, harapannya semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke desa yang letaknya tidak jauh dari pusat Kota Banyuwangi itu.
Desa Adat Kemiren ini merupakan daerah tujuan wisata yang lengkap. Desa ini memiliki keindahan alam, kesenian yang menawan, kebudayaan yang terus dijaga turun temurun.
Desa Kemiren juga telah memperoleh sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan pada 2021 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Datang ke desa ini, wisatawan akan disuguhi daya tarik wisata yang beragam, seperti edukasi, kuliner, dan budaya.
Adanya pasar Kampung Osing, warung makan Pesantogan Kemangi dan kawasan rumah adat Osing, cukup memanjakan wisatawan.
Baru-baru ini, Desa Wisata Adat Osing Kemiren juga meraih juara 2 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 dari Kementerian Pariwisata, kategori Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM).
ADWI merupakan ajang pemberian penghargaan bagi desa-desa wisata yang memiliki prestasi, dengan kriteria-kriteria penilaian dari Kementerian Pariwisata.
Desa Kemiren meraih penghargaan ADWI 2024 karena dinilai berhasil memperkuat ekosistem pemberdayaan SDM di desanya untuk meningkatkan lapangan kerja dan perekonomian warga.
Bukan hanya masyarakat setempat yang bersemangat menyambut wisatawan dengan suguhan budaya, pemerintahan desa, selama ini juga memberikan pelatihan manajemen tata kelola pariwisata bagi para pemilik homestay dan pelaku usaha pariwisata yang lain, sehingga usaha yang mereka jalankan bisa terus tumbuh dan berkelanjutan.
Memelihara budaya, bukan hanya menghormati warisan leluhur dan melestarikan kekayaan tradisi lokal. Masyarakat Kemiren telah menunjukkan bahwa upaya memelihara kekayaan budaya juga menjadi tumpuan masa depan, khususnya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024