Markas Besar (Mabes) TNI mengirimkan tujuh prajurit wanitanya (Wan TNI) dalam misi perdamaian di Republik Afrika Tengah yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Kompi Zeni (Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXVII-K Minusca.
Komandan Satgas (Dansatgas) Kizi TNI Konga XXXVII-K Minusca Letkol Czi. M. Imvan Ibrahim saat jumpa pers selepas apel keberangkatan satgas di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat, tujuh prajurit perempuan itu telah mendapatkan pembekalan konstruksi yang merupakan spesialisasi Korps Zeni TNI Angkatan Darat, sehingga selama bertugas selama setahun ke depan, mereka juga mendapatkan penugasan sebagaimana prajurit pria, yaitu mengoperasikan alat-alat berat dan terlibat dalam konstruksi bangunan.
"Tidak menutup kemungkinan mereka akan mengoperasikan alat-alat berat untuk membangun jalan, menggunakan cangkul dan sebagainya, karena mereka memang sudah dilatih untuk Satgas Kompi Zeni,” kata Dansatgas menjawab pertanyaan wartawan.
Baca juga: Heli TNI AL lanjutkan misi di Lebanon setelah lolos uji berkala PBB
Dia mengatakan keterlibatan prajurit wanita TNI dalam misi-misi perdamaian ke luar negeri merupakan hal yang lumrah dilakukan negara-negara yang mengirimkan pasukannya untuk bertugas bersama pasukan perdamaian PBB.
"Di dunia internasional, untuk (persamaan) gender ini sudah berjalan. Maka itu, untuk tugas satgas TNI diwajibkan mengirimkan personel wanita TNI-nya," kata Letkol Imvan.
Sebanyak 240 prajurit TNI dari matra darat, laut, dan udara yang tergabung dalam Satgas Kompi Zeni (Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXVII-K Minusca pada 19 November 2024 akan berangkat dari Jakarta ke Afrika Tengah untuk bertugas bersama pasukan perdamaian PBB di Afrika Tengah (Minusca) selama setahun ke depan.
Dari jumlah itu, 24 di antaranya merupakan perwira (21 perwira laki-laki dan tiga perwira wanita), 57 bintara (53 laki-laki dan 4 wanita), dan 159 tamtama. Jika dilihat dari komposisi matra, 206 prajurit dari TNI Angkatan Darat, 22 prajurit dari TNI Angkatan Laut, delapan prajurit dari TNI Angkatan Udara, dan empat prajurit dari Mabes TNI.
Di Afrika Tengah, Satgas Kizi TNI Minusca akan beroperasi di dua daerah, yaitu Kota Bangui, yang merupakan ibu kota negara, dan Berberati, yang merupakan kota terbesar ketiga di Afrika Tengah.
Di Bangui, satgas menempatkan 200 prajurit untuk bertugas. Mereka tergabung dalam satu peleton markas, satu peleton bantuan, satu peleton konstruksi vertikal, satu peleton kawal, dan tim penjinak bom (EOD).
Kemudian di Berberati, ada 40 prajurit yang ditempatkan dan mereka terbagi dalam dua peleton konstruksi, yaitu peleton konstruksi vertikal dan peleton konstruksi horizontal.
Satgas Kizi TNI Konga XXXVII-K Minusca, yang nantinya bertugas di bawah kendali PBB, mengemban tiga tugas utama di Afrika Tengah, yaitu konstruksi bangunan tinggi dan bertingkat (vertikal), konstruksi bangunan mendatar (horizontal), serta menjinakkan ranjau dan bom (EOD).
"Tugas konstruksi vertikal itu seperti bangunan-bangunan tingkat, kemudian pembuatan pagar, pembuatan rumah, korimek, membangun menara, dan sebagainya,” kata Dansatgas.
Kemudian, untuk tugas konstruksi horizontal, para prajurit nantinya bakal membangun jalan, menggali parit, dan menimbun area-area untuk pembangunan di lahan mendatar.
"Untuk EOD, kami melaksanakan penjinakan bahan peledak, kemudian membersihkan jalan (dari bahaya peledak/ranjau, red.), kemudian evakuasi dan disposal (membuang bahan peledak ke tempat aman, red)," kata Imvan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Komandan Satgas (Dansatgas) Kizi TNI Konga XXXVII-K Minusca Letkol Czi. M. Imvan Ibrahim saat jumpa pers selepas apel keberangkatan satgas di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat, tujuh prajurit perempuan itu telah mendapatkan pembekalan konstruksi yang merupakan spesialisasi Korps Zeni TNI Angkatan Darat, sehingga selama bertugas selama setahun ke depan, mereka juga mendapatkan penugasan sebagaimana prajurit pria, yaitu mengoperasikan alat-alat berat dan terlibat dalam konstruksi bangunan.
"Tidak menutup kemungkinan mereka akan mengoperasikan alat-alat berat untuk membangun jalan, menggunakan cangkul dan sebagainya, karena mereka memang sudah dilatih untuk Satgas Kompi Zeni,” kata Dansatgas menjawab pertanyaan wartawan.
Baca juga: Heli TNI AL lanjutkan misi di Lebanon setelah lolos uji berkala PBB
Dia mengatakan keterlibatan prajurit wanita TNI dalam misi-misi perdamaian ke luar negeri merupakan hal yang lumrah dilakukan negara-negara yang mengirimkan pasukannya untuk bertugas bersama pasukan perdamaian PBB.
"Di dunia internasional, untuk (persamaan) gender ini sudah berjalan. Maka itu, untuk tugas satgas TNI diwajibkan mengirimkan personel wanita TNI-nya," kata Letkol Imvan.
Sebanyak 240 prajurit TNI dari matra darat, laut, dan udara yang tergabung dalam Satgas Kompi Zeni (Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXVII-K Minusca pada 19 November 2024 akan berangkat dari Jakarta ke Afrika Tengah untuk bertugas bersama pasukan perdamaian PBB di Afrika Tengah (Minusca) selama setahun ke depan.
Dari jumlah itu, 24 di antaranya merupakan perwira (21 perwira laki-laki dan tiga perwira wanita), 57 bintara (53 laki-laki dan 4 wanita), dan 159 tamtama. Jika dilihat dari komposisi matra, 206 prajurit dari TNI Angkatan Darat, 22 prajurit dari TNI Angkatan Laut, delapan prajurit dari TNI Angkatan Udara, dan empat prajurit dari Mabes TNI.
Di Afrika Tengah, Satgas Kizi TNI Minusca akan beroperasi di dua daerah, yaitu Kota Bangui, yang merupakan ibu kota negara, dan Berberati, yang merupakan kota terbesar ketiga di Afrika Tengah.
Di Bangui, satgas menempatkan 200 prajurit untuk bertugas. Mereka tergabung dalam satu peleton markas, satu peleton bantuan, satu peleton konstruksi vertikal, satu peleton kawal, dan tim penjinak bom (EOD).
Kemudian di Berberati, ada 40 prajurit yang ditempatkan dan mereka terbagi dalam dua peleton konstruksi, yaitu peleton konstruksi vertikal dan peleton konstruksi horizontal.
Satgas Kizi TNI Konga XXXVII-K Minusca, yang nantinya bertugas di bawah kendali PBB, mengemban tiga tugas utama di Afrika Tengah, yaitu konstruksi bangunan tinggi dan bertingkat (vertikal), konstruksi bangunan mendatar (horizontal), serta menjinakkan ranjau dan bom (EOD).
"Tugas konstruksi vertikal itu seperti bangunan-bangunan tingkat, kemudian pembuatan pagar, pembuatan rumah, korimek, membangun menara, dan sebagainya,” kata Dansatgas.
Kemudian, untuk tugas konstruksi horizontal, para prajurit nantinya bakal membangun jalan, menggali parit, dan menimbun area-area untuk pembangunan di lahan mendatar.
"Untuk EOD, kami melaksanakan penjinakan bahan peledak, kemudian membersihkan jalan (dari bahaya peledak/ranjau, red.), kemudian evakuasi dan disposal (membuang bahan peledak ke tempat aman, red)," kata Imvan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024